Perkenalan yang Tidak Pernah Diinginkan Siapapun
Akademi Pelatihan Detektif Mimpi tidak terletak di puncak gunung mistis, di tengah hutan berkabut, atau di sebuah kastil tua yang menyeramkan. Lokasinya sebenarnya jauh lebih mengerikan: lantai dua sebuah pusat perbelanjaan yang hampir bangkrut, tepat di atas sebuah toko yang menjual “croissant gluten-free rasa daging” dan di sebelah toko parfum bernama “Eau de Kesalahan”.
Namun, jangan tertipu oleh penampilannya. Akademi ini adalah tempat di mana pikiran-pikiran paling tajam (dan juga beberapa yang benar-benar tumpul) berlatih untuk memecahkan misteri paling rumit, yaitu mimpi. Dan bukan mimpi dalam arti “aku ingin jadi bintang pop,” melainkan mimpi literal, seperti “kenapa aku bermimpi dikejar penguin sambil membawa obor?”
Tokoh Utama: Si Genius yang Tidak Paham Apa-Apa
Tokoh kita, Ignatius Wibowo, seorang pria dengan IQ tinggi tetapi kemampuan sosial setara dengan kucing yang terjebak di koper, memutuskan untuk mendaftar di Akademi ini. Keputusannya didasarkan pada dua hal: (1) dia bermimpi setiap malam tentang orang tak dikenal yang berteriak, “Berikan saus tomat itu sekarang juga!” dan (2) dia melihat brosur akademi yang menjanjikan “karier yang menjanjikan di bidang yang tidak dipahami siapa pun.”
Ignatius bersemangat. Dia yakin bahwa dengan memecahkan mimpi, dia akan membuka rahasia alam semesta. Ternyata, yang dia temukan di minggu pertamanya adalah bahwa kantin Akademi menyajikan kopi yang rasanya seperti air hujan dari ember karat.
Kurikulum yang Sama Sekalipun Tidak Masuk Akal
Kurikulum di Akademi Pelatihan Detektif Mimpi adalah perpaduan antara ilmu pengetahuan, filosofi, dan omong kosong. Beberapa mata pelajaran termasuk:
-
Freud 101: Apakah Cuma Semua Tentang Ibumu?
– Mengupas teori mimpi dari Sigmund Freud, dengan tambahan diskusi apakah Freud benar-benar tahu apa yang dia bicarakan atau hanya mencoba menghindari membayar pajak. -
Teknik Menafsirkan Mimpi Orang Lain Tanpa Mereka Menangis
– Sesi praktis yang sering gagal karena para siswa cenderung mengatakan hal-hal seperti, “Mimpi Anda tentang ikan paus? Itu jelas tentang trauma masa kecil Anda terkait sandwich.” -
Mimpi Kolektif dan Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Bertemu Orang Lain di Sana
– Pendekatan lebih modern yang mencakup teori bahwa mimpi bukan hanya pengalaman pribadi tetapi juga medan perang sosial tempat kita semua memperebutkan siapa yang mendapat kue terakhir.
Kasus Pertama Ignatius: Misteri Orang yang Bermimpi Lebih dari Tidurnya
Pada minggu ketiga, Ignatius mendapat kasus nyata pertamanya: seorang klien bernama Ibu Marlina, pensiunan guru geografi, yang mengeluh bahwa dia lebih banyak bermimpi daripada tidur. “Saya tidur delapan jam, tapi bermimpi sembilan jam!” keluhnya. “Bagaimana itu mungkin? Ke mana satu jam ekstra itu pergi?”
Ini adalah teka-teki yang luar biasa. Setelah berkonsultasi dengan profesor akademi yang paling dihormati, Profesor Yono (yang gelarnya dalam “Psikologi Mimpi dan Pemanggang Roti”), Ignatius diberi tahu bahwa ada kemungkinan besar Ibu Marlina telah masuk ke zona mimpi “tidak sah”. Ini semacam mimpi ilegal di mana waktu bertindak seperti anak anjing yang berlari liar di taman.
“Jawaban pasti ada di mimpinya,” kata Profesor Yono sambil menyeruput kopi kantin. “Tapi jangan terlalu dalam. Orang yang terlalu dalam ke mimpi orang lain biasanya berakhir dengan membeli kaus kaki bergaris tanpa alasan yang jelas.”
Penyelidikan di Zona Mimpi
Ignatius memutuskan untuk menyelidiki dengan cara yang paling ilmiah yang bisa dia temukan: dia meminta Ibu Marlina untuk menceritakan semua mimpinya, sementara dia mencatatnya di buku catatan. Namun, catatannya segera berubah menjadi serangkaian gambar aneh, karena deskripsi mimpi Ibu Marlina terlalu absurd untuk ditulis dengan kata-kata.
“Ada badut,” kata Ibu Marlina, “duduk di atas pohon kelapa, mencoba menjual asuransi jiwa kepada seekor kucing. Tapi kucing itu bilang dia sudah punya polis asuransi, jadi badutnya berubah menjadi panci presto.”
Ignatius sadar dia perlu pendekatan baru. Jadi dia memutuskan untuk mencoba alat canggih dari akademi: Helm Penafsir Mimpi, sebuah perangkat yang pernah dijelaskan oleh penciptanya sebagai “lebih akurat daripada ramalan cuaca, tapi kurang akurat daripada perasaan Anda tentang mantan.” Helm itu menangkap pola mimpi Ibu Marlina dan mengubahnya menjadi grafik. Grafik itu, luar biasanya, menyerupai logo restoran ayam goreng terkenal.
Kesimpulan yang Mengejutkan dan Sama Sekali Tidak Membantu
Setelah berminggu-minggu investigasi, Ignatius akhirnya menemukan jawabannya. “Ibu Marlina,” katanya dengan nada penuh kemenangan, “mimpi Anda adalah bentuk protes bawah sadar terhadap kenyataan bahwa Anda tidak pernah mencoba salsa nanas.”
“Tunggu, apa?” tanya Ibu Marlina.
“Salsa nanas. Pikiran Anda mencoba memberi tahu Anda bahwa Anda terlalu konservatif dalam pilihan makanan. Badut, kucing, dan panci presto semuanya simbol keinginan Anda untuk sesuatu yang eksotis dan baru.”
Ibu Marlina terdiam. Lalu dia bangkit dan berkata, “Kalau begitu, saya akan pergi ke supermarket sekarang juga.”
Setelah itu, Ignatius mendengar bahwa Ibu Marlina membeli salsa nanas, mencobanya, dan berhenti bermimpi berlebihan. Dia juga mulai menulis blog kuliner yang sukses berjudul “Mimpi dan Makanan.”
Akhir yang Sama Sekali Tidak Heroik
Ignatius merasa bangga atas keberhasilannya, meskipun dia tidak sepenuhnya yakin apa yang sebenarnya dia lakukan. Namun, dia menyadari satu hal: menjadi Detektif Mimpi adalah pekerjaan yang aneh, membingungkan, dan terkadang benar-benar tidak masuk akal. Tapi, hei, setidaknya lebih baik daripada bekerja di toko croissant gluten-free rasa daging.
Prompt untuk DALL-E: A quirky detective in a dream-themed academy, surrounded by surreal objects like floating croissants, a helmet with wires, and a professor sipping coffee while pointing at a bizarre graph shaped like a chicken logo.