Panduan Hidup Modern untuk Dewa Yunani yang Kesasar

Panduan Hidup Modern untuk Dewa Yunani yang Kesasar

Selamat Datang di Akademi Olympus 2.0

Di sebuah bangunan modern yang menyerupai mall dengan sentuhan gaya arsitektur Yunani kuno (bayangkan Parthenon dengan jendela kaca otomatis dan lift), berdirilah Akademi Olympus 2.0—pusat pelatihan bagi para dewa Yunani yang mencoba relevan di abad ke-21. Dengan mitologi yang semakin diabaikan dan manusia yang lebih sibuk memuja teknologi daripada mereka, para dewa kini menghadapi kebutuhan untuk “meng-upgrade” diri.

Zeus, sebagai pendiri akademi, mengumpulkan semua dewa di auditorium utama. Dia berdiri di atas panggung, mengenakan jas abu-abu yang tidak pas ukurannya (karena Hermes, yang bertugas membelikan jas itu, salah mengukur lingkar dadanya). Petir kecil berdesis di bahu kirinya, seperti efek samping gadget baru yang belum disetel dengan benar.

“Hari ini,” Zeus membuka pidatonya dengan nada megah yang hanya sedikit terganggu oleh suara mikrofon yang berdesis, “kita memulai era baru. Tidak ada lagi manusia yang menyembah kita hanya karena kita muncul di awan dengan toga dan kilat. Mereka ingin konten. Mereka ingin makna. Dan, yang lebih penting, mereka ingin… aplikasi!”

Auditorium langsung penuh dengan gumaman. Poseidon, yang duduk di barisan depan, mengangkat tangannya. “Aplikasi? Maksudmu, seperti… badai di genggaman?”

“Tidak, Poseidon,” jawab Zeus dengan sabar, meskipun ia jelas sudah mulai bosan. “Aplikasi seperti Tinder, tapi untuk makhluk abadi. Kita butuh cara untuk menjangkau manusia di layar mereka, bukan di puncak gunung. Dan itu sebabnya kita punya akademi ini.”

Kelas-kelas yang Tidak Biasa

Para dewa kemudian dibagi ke dalam kelas-kelas khusus berdasarkan kebutuhan mereka. Berikut adalah beberapa kelas paling populer di Akademi Olympus 2.0:

1. Manajemen Sosial Media untuk Titan yang Gaptek

Di kelas ini, Aphrodite mengajari Hades cara membuat konten yang menarik di Instagram. “Tujuanmu,” kata Aphrodite sambil memutar bola mata karena Hades terus mencoba mengunggah foto kuburan tanpa filter, “adalah untuk membuat manusia takut sekaligus tertarik. Seperti… gothic chic.”

Hades mengangguk dengan serius, lalu mencatat sesuatu di tablet barunya. Kemudian ia bergumam, “Mungkin aku harus mencoba boomerang video. Apa menurutmu mereka suka tengkorak yang melompat-lompat?”

2. Keterampilan Presentasi Modern

Hermes menjadi mentor di kelas ini, mengajari Hephaestus, dewa pandai besi, cara mempresentasikan produk-produknya tanpa membuat semua orang tertidur. “Jadi, ini adalah palu terbaru saya,” kata Hephaestus dengan monoton, memperlihatkan palu raksasa yang tampak seperti gabungan antara alat berat dan dekorasi Halloween.

Hermes menghela napas. “Coba gunakan analogi yang lebih menarik, Hephaestus. Misalnya, katakan ini adalah ‘palu yang bahkan bisa menghancurkan ego Zeus’. Itu pasti menarik perhatian.”

Zeus, yang kebetulan lewat di luar kelas, mendengar komentar itu dan langsung mengirim pesan petir kecil ke Hermes sebagai peringatan.

3. Menghadapi Kritik Online

Dionysus, dewa pesta, menghadiri kelas yang diajarkan oleh Athena, dewi kebijaksanaan, tentang cara menghadapi ulasan buruk di Yelp.

“Jadi,” kata Athena, “jika seseorang menulis bahwa anggurmu ‘terlalu asam dan suasana pesta terlalu berlebihan’, kamu tidak boleh langsung mengutuk mereka menjadi tanaman merambat. Itu dianggap… tidak sopan.”

Dionysus mendengus. “Tapi mereka salah! Anggurku sempurna. Mereka hanya tidak tahu cara menikmatinya.”

Athena melipat tangannya. “Kamu bisa menulis respons yang sopan seperti, ‘Terima kasih atas masukan Anda, kami akan mempertimbangkan saran Anda untuk pesta berikutnya.’ Itu jauh lebih baik daripada mengutuk mereka menjadi semak anggur, Dionysus.”

Masalah Utama: Zeus dan Ego Teknologinya

Sementara itu, Zeus sendiri sedang mencoba menguasai teknologi baru. Dia membeli smartwatch dan mencoba menggunakannya untuk memanggil petir. Hasilnya? Dia tidak sengaja menghidupkan fungsi pelacak langkah sambil memanggil badai petir kecil di ruang istirahat akademi.

“Kenapa alat ini tidak bisa memahami perintahku?” gerutunya sambil menatap jamnya yang berkedip-kedip. “Hermes! Jelaskan kenapa smartwatch ini lebih pintar dariku!”

Hermes, yang baru saja selesai mengajarkan kelas yoga untuk dewa-dewa yang stres (ya, yoga kini menjadi tren di Olympus), hanya mengangkat bahu. “Mungkin karena jam itu tidak takut pada ancaman petir, Bos.”

Penutup: Hari Wisuda yang (Hampir) Sukses

Hari wisuda tiba, dan setiap dewa diberi kesempatan untuk memamerkan keterampilan baru mereka. Ares, dewa perang, memamerkan aplikasi gim mobile yang ia buat, di mana pemain bisa mensimulasikan pertempuran epik tanpa benar-benar melukai siapapun. “Lihat,” katanya bangga, “kita bisa berperang tanpa ada korban jiwa. Teknologi ini revolusioner!”

Namun, acara wisuda hampir berakhir bencana ketika Zeus mencoba menghubungkan smartwatch-nya ke proyektor untuk menunjukkan video presentasi. Sebaliknya, ia malah memanggil badai petir yang membakar sebagian panggung.

“Aku hanya ingin menekan tombol ‘play’,” katanya dengan sedih, menatap panggung yang kini berasap. “Mengapa teknologi ini begitu rumit?”

Tapi meskipun ada insiden kecil (atau besar, tergantung sudut pandang Anda), Akademi Olympus 2.0 dianggap sukses. Para dewa meninggalkan tempat itu dengan keterampilan baru, siap menghadapi dunia modern dengan cara yang lebih relevan (atau setidaknya, tidak terlalu kuno).

Dan Zeus? Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke teknologi lama: menulis perintah di tablet batu. “Lebih sederhana,” katanya sambil tersenyum puas. “Dan tidak pernah meledak.”


Prompt Gambar: “A group of Greek gods in a modern classroom, with Zeus struggling with a smartwatch, Dionysus taking selfies, and Athena teaching social media strategies on a smartboard. The scene is humorous and full of anachronistic details.”