Bab 1: Pendaftaran yang Tak Terduga
Di sebuah kota yang, karena alasan tertentu, tidak pernah muncul di peta Google, berdirilah Akademi Ahli Mengacaukan Rencana (AAMR). Bangunannya tampak seperti hasil kompromi tidak sehat antara arsitek modern dan seorang anak yang terlalu banyak bermain dengan Lego. Atapnya melengkung seperti gelombang laut, dengan jendela-jendela berbentuk segitiga yang tampaknya dipasang tanpa pertimbangan gravitasi. Plakat di bagian depan berbunyi, “Selamat Datang, Kacaukanlah Hari Anda!” dengan huruf besar yang dipulas dengan warna merah muda menyilaukan.
Akademi ini terkenal karena satu hal: melatih individu-individu berbakat untuk menjadi ahli dalam seni mengacaukan rencana, strategi, dan logika pada tingkat yang hampir filosofis. Sebagian besar lulusannya telah menjadi tokoh penting di bidang yang sangat spesifik, seperti penundaan kereta api internasional, gangguan Wi-Fi saat rapat penting, dan tentu saja, munculnya panik kolektif akibat satu tombol “mute” yang tidak ditekan.
Masuklah Fredrick Otis, seorang pria sederhana dengan ambisi yang lebih sederhana lagi—yaitu, menghabiskan seluruh hidupnya tanpa pernah menjadi pusat perhatian. Sayangnya, Fredrick tidak sengaja mendaftar ke akademi ini karena salah mengisi formulir beasiswa online. Ia mengira sedang melamar kursus memasak vegan, tetapi ternyata ia telah menandatangani kontrak untuk menjadi mahasiswa baru AAMR selama tiga tahun penuh.
“Halo, Fredrick!” seorang wanita dengan rambut biru cerah menyapanya saat ia memasuki aula besar akademi, di mana para mahasiswa sedang dengan sengaja menjatuhkan tumpukan dokumen, mencampuradukkan kabel-kabel, dan memberikan arahan yang jelas salah kepada pengunjung. “Selamat datang di AAMR! Kami harap Anda siap belajar seni mengacaukan segala sesuatu yang tampaknya berjalan lancar.”
Fredrick hanya bisa tergagap, “Tapi… saya hanya ingin belajar membuat lasagna tanpa daging.”
“Ah, lasagna tanpa daging? Fantastis!” seru wanita itu dengan antusias yang tidak relevan. “Anda pasti akan sangat hebat dalam membuat orang melupakan lasagna mereka sepenuhnya.”
Bab 2: Kurikulum yang Memusingkan
Kurikulum AAMR dirancang untuk membingungkan bahkan para mahasiswa terpandai. Semester pertama dimulai dengan mata kuliah dasar seperti “Teori Kekacauan: Mengapa Hal-hal yang Tidak Masuk Akal Selalu Berhasil” dan “Sejarah Kesalahan Besar Manusia: Dari Menara Babel hingga Tombol Kirim Email yang Salah.” Kelas praktikum, seperti “Cara Menyebabkan Antrean Panjang di Supermarket,” sering kali diadakan di lokasi langsung untuk hasil belajar maksimal.
Namun, ada satu kelas yang paling ditakuti oleh semua mahasiswa: “Strategi Membuat Rapat Tidak Produktif.” Kelas ini diajarkan oleh Profesor Mildred O’Panic, seorang legenda hidup yang dikabarkan pernah berhasil membuat seluruh konferensi PBB bubar hanya karena pemilihan warna latar presentasi.
Fredrick, meskipun sangat tidak kompeten dalam kekacauan (ia bahkan tidak pernah salah mengetik kata sandi Wi-Fi), diikutsertakan dalam kelas ini. Hari pertama, ia diberi tugas untuk membuat sebuah rapat sederhana berubah menjadi bencana total.
“Fredrick,” kata Profesor O’Panic dengan nada mendalam, “kerjakan tugas ini dengan hati-hati. Ini adalah seni, bukan ilmu pasti. Anda harus menemukan keseimbangan antara gangguan kecil dan kehancuran monumental.”
Fredrick, yang hanya ingin pulang dan makan lasagna, dengan hati-hati mencoba memulai tugasnya. Ia memutuskan untuk menyembunyikan remote proyektor di bawah meja, yang ternyata menghasilkan efek domino di mana semua peserta rapat mulai mencari remote tersebut selama setengah jam. Secara tidak sengaja, ia mencapai nilai A untuk tugas itu.
Bab 3: Kejadian Paling Mengacaukan
Puncak dari pengalaman akademik Fredrick datang ketika ia, bersama timnya, diberi tugas akhir: mengacaukan peluncuran roket yang dirancang untuk mengirimkan pesan damai ke planet Mars. Bukan dalam arti sabotase fisik, tentu saja—tugas mereka adalah memastikan bahwa seluruh upacara peluncuran menjadi begitu kacau sehingga tidak ada yang ingat apakah roket tersebut benar-benar diluncurkan atau tidak.
Tim Fredrick, yang terdiri dari berbagai ahli, segera mulai bekerja. Ada Nigel, yang memiliki keahlian luar biasa dalam membuat printer macet pada waktu yang paling tidak tepat. Lalu ada Clara, seorang ahli dalam mengacaukan nama-nama pembicara utama. Dan terakhir, ada Fredrick, yang sejauh ini hanya terkenal karena berhasil tersesat di dalam gedung kampusnya sendiri.
Pada hari peluncuran, semuanya berjalan dengan sempurna—atau tidak sempurna, tergantung sudut pandang Anda. Nigel memastikan bahwa semua dokumentasi tertulis hilang karena printer yang tak kunjung berfungsi. Clara secara konsisten memanggil kepala proyek sebagai “Pak Mangga” alih-alih “Dr. Mangrove,” dan Fredrick secara ajaib berhasil menukar tombol peluncuran dengan tombol pembuka pintu otomatis.
Ketika akhirnya seseorang menyadari bahwa roket telah diluncurkan tanpa ada yang menyadarinya, semua orang sudah sibuk berdebat apakah “Mangga” adalah nama yang lebih baik daripada “Mangrove.” Dalam kekacauan tersebut, Fredrick mendapatkan nilai tertinggi dalam sejarah akademi.
Bab 4: Hari Wisuda
Pada hari wisuda, Fredrick berdiri di atas panggung, memegang diploma yang tampak lebih seperti tiket konser palsu. “Fredrick Otis,” kata Kepala Akademi, “Anda telah menunjukkan bahwa bahkan orang yang paling biasa-biasa saja pun dapat menjadi ahli dalam seni kekacauan. Kami bangga pada Anda.”
Fredrick hanya tersenyum malu. Ia masih tidak yakin bagaimana ia bisa sampai ke titik ini, tetapi ia tahu satu hal: ia tidak akan pernah mencoba mendaftar kursus memasak online lagi.
Prompt untuk ilustrasi DALL-E: A colorful and chaotic academy building with quirky architecture and students deliberately causing chaos, such as spilling coffee on documents and tangling wires.