Era Keemasan: Ketika Semua Orang Bingung Apa itu “Yahoo!”
Di awal 1990-an, dunia internet adalah tempat yang penuh misteri. Orang-orang masih berpikir bahwa “browser” adalah istilah baru untuk penjaga perpustakaan yang terlalu suka membaca dokumen orang lain. Di tengah kekacauan digital ini, dua mahasiswa Universitas Stanford, Jerry Yang dan David Filo, memutuskan untuk menciptakan sesuatu yang mereka sebut “Yahoo!”. Nama itu sendiri tampaknya dipilih setelah brainstorming yang mencakup terlalu banyak kopi dan terlalu sedikit tidur, karena siapa yang tidak ingin perusahaan mereka terdengar seperti seseorang yang baru saja menemukan harta karun?
Yahoo! memulai kehidupannya sebagai direktori internet. Pada dasarnya, itu adalah versi digital dari paman-paman yang selalu tahu di mana tempat makan terbaik, kecuali bahwa Yahoo! tidak pernah meminta traktiran setelah memberikan rekomendasi. Orang-orang menyukainya. Dalam waktu singkat, Yahoo! menjadi portal internet paling populer di dunia. Jika internet adalah pesta besar, Yahoo! adalah orang yang membawa makanan ringan dan playlist terbaik.
Tapi tentu saja, kesuksesan Yahoo! tidak hanya soal direktori. Mereka memperluas kerajaan mereka ke email, berita, olahraga, dan bahkan layanan obrolan yang, pada masa itu, adalah cara paling efisien untuk berbicara dengan orang asing yang mengklaim dirinya “27 tahun, pengusaha sukses, dan benar-benar tampan”. Yahoo! juga memiliki logo tanda seru, yang, meskipun tidak ada bukti ilmiah, diduga meningkatkan tingkat adrenalin pengguna hingga 0,5%.
Namun, bahkan sejak awal, ada tanda-tanda bahwa Yahoo! punya kebiasaan membuat keputusan yang, dengan sopan, bisa disebut “eksentrik”. Salah satu keputusan terbesarnya adalah menolak membeli Google pada 1998 seharga $1 juta. Tentu, pada saat itu, Google hanyalah proyek kecil yang dijalankan oleh dua pria dengan lebih banyak algoritma daripada uang untuk membeli pizza. Tapi keputusan itu tetap menjadi salah satu momen “oops” terbesar dalam sejarah teknologi, setara dengan menolak menawarkan tempat duduk kepada Einstein di kelas fisika dasar.
Puncak Kejayaan: Yahoo Menjadi Penguasa Dunia Digital
Pada awal 2000-an, Yahoo! adalah raja internet. Mereka bahkan mulai membeli perusahaan lain dengan semangat seorang kolektor perangko yang baru saja memenangkan lotere. Flickr? Dibeli. Geocities? Dibeli. Bahkan perusahaan-perusahaan yang tidak relevan dengan bisnis inti mereka pun tampaknya dibeli hanya karena Yahoo! menyukai nama mereka.
Dan jangan lupa Yahoo! Messenger, layanan obrolan legendaris yang memungkinkan pengguna untuk mengirim emotikon bergerak yang, meskipun lebih menyeramkan daripada lucu, tetap menjadi cara populer untuk menyatakan cinta di awal milenium. Yahoo! bahkan memiliki layanan email gratis yang mengklaim menyediakan ruang penyimpanan “lebih dari cukup”, meskipun kenyataannya, ukuran maksimum lampiran adalah satu foto buram dari ponsel era 2003.
Namun, seperti yang sering terjadi, ketika Anda berada di puncak, Anda mulai merasa tak terkalahkan. Dan di sinilah masalah mulai muncul. Yahoo! mulai membuat keputusan bisnis yang lebih aneh daripada sebelumnya. Misalnya, mereka menginvestasikan $1 miliar di Alibaba pada 2005, yang sebenarnya adalah keputusan bagus, tetapi kemudian mereka menjual sebagian besar saham itu terlalu cepat, seperti seseorang yang menjual tiket loterenya sehari sebelum pengumuman pemenang.
Awal dari Keruntuhan: Keputusan-keputusan yang Mengesankan (Dalam Cara yang Buruk)
Salah satu masalah terbesar Yahoo! adalah mereka tidak pernah benar-benar memahami apa yang ingin mereka lakukan. Apakah mereka portal? Mesin pencari? Penyedia konten? Semua hal di atas? Yahoo! tampaknya memutuskan untuk menjadi semuanya sekaligus, yang hampir selalu merupakan resep kegagalan, kecuali jika Anda seorang superhero Marvel.
Dan kemudian datanglah Google. Tidak seperti Yahoo!, Google tahu persis apa yang ingin mereka lakukan: menguasai dunia melalui iklan berbasis pencarian. Yahoo! mencoba menyaingi Google dengan mesin pencari mereka sendiri, tetapi algoritma mereka lebih mirip panduan wisata yang terlalu banyak berbicara daripada alat pencari yang efisien.
Kemudian, ada Microsoft. Pada 2008, Microsoft menawarkan untuk membeli Yahoo! seharga $44,6 miliar. Yahoo! menolak, mungkin karena mereka merasa harga itu terlalu rendah untuk perusahaan sebesar mereka. Tapi setelah penawaran itu ditarik, nilai Yahoo! mulai turun lebih cepat daripada apel busuk di pasar loak.
Dan jangan lupakan Tumblr. Pada 2013, Yahoo! membeli platform blogging ini seharga $1,1 miliar, hanya untuk menjualnya beberapa tahun kemudian dengan harga yang bahkan tidak cukup untuk membeli tim sepak bola Liga 2.
Akhir yang Tragis (Tetapi Tetap Lucu)
Pada akhirnya, Yahoo! dijual ke Verizon pada 2017 seharga $4,48 miliar, jumlah yang hampir sama dengan satu setengah tiket ke bulan pada harga pasar. Ironisnya, perusahaan itu dijual dengan harga yang jauh lebih rendah daripada yang ditawarkan Microsoft hampir satu dekade sebelumnya.
Saat ini, Yahoo! masih ada, meskipun lebih sebagai hantu dari kejayaannya dulu. Mereka masih memiliki layanan email, berita, dan bahkan mesin pencari, tetapi sebagian besar pengguna internet telah beralih ke raksasa lain seperti Google, Amazon, dan Facebook. Yahoo! adalah pengingat bahwa dalam dunia teknologi, bahkan raksasa bisa jatuh jika mereka tidak tahu ke mana mereka ingin pergi.
Kesimpulan: Pelajaran dari Sebuah Keruntuhan
Jika ada pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita Yahoo!, itu adalah ini: jangan terlalu percaya diri, selalu tahu apa yang ingin Anda capai, dan, untuk cinta semua yang suci, jika seseorang menawarkan untuk menjual Google kepada Anda seharga $1 juta, belilah.
Prompt Gambar: “An iconic 90s tech office with colorful banners reading ‘Yahoo!’, filled with quirky employees and cartoonish gadgets, juxtaposed with a modern, empty office space with a faded Yahoo! logo.”

