Penjaga Pintu yang Tidak Suka Orang Lewat

Penjaga Pintu yang Tidak Suka Orang Lewat

Pintu itu Bukan Sekadar Pintu

Di sebuah desa kecil bernama Sempitville, yang terkenal karena jalan utamanya cukup lebar untuk dilalui dua orang jika salah satu dari mereka memutuskan untuk berjalan di atap, terdapat sebuah pintu. Bukan pintu biasa, tetapi Pintu Besar. Tidak ada yang tahu ke mana pintu itu mengarah, karena tidak ada yang pernah berhasil membukanya.

Pintu Besar itu dijaga oleh seorang pria tua bernama Pak Kunci. Pak Kunci sama seperti penjaga pintu lainnya—suka duduk di bangku kecil, menyeruput teh hangat, dan mencibir setiap orang yang mencoba mendekati pintu. Tapi ada satu hal yang membuat Pak Kunci berbeda dari penjaga pintu lain di dunia: ia benar-benar membenci orang yang mencoba masuk atau bahkan sekadar berdiri terlalu lama di depan pintu.

“Kenapa kalian semua suka sekali berdiri di depan pintu?” gerutunya suatu hari kepada seorang tukang pos yang hanya mencoba mengirimkan surat. “Apa kalian tidak punya aktivitas lain yang lebih bermakna? Seperti, entahlah, belajar membuat origami berbentuk badak?”

Tukang pos itu hanya menggumamkan permintaan maaf dan melarikan diri, tanpa pernah tahu bahwa surat yang ia bawa sebenarnya untuk Pak Kunci—sebuah undangan untuk menghadiri pesta teh di Balai Desa.

Sejarah yang Berbelit-belit

Kisah tentang Pintu Besar ini sudah ada selama ratusan tahun, atau setidaknya begitulah menurut buku sejarah desa yang ditulis oleh seseorang yang jelas-jelas tidak tahu cara menulis buku sejarah. Pintu itu, katanya, adalah pintu menuju sesuatu yang sangat penting—mungkin gudang penuh biskuit atau mungkin tempat rahasia di mana semua kaus kaki yang hilang dari mesin cuci akhirnya berkumpul.

Namun, tidak ada yang tahu pasti. Bahkan Pak Kunci sendiri, yang telah menjaga pintu itu selama lebih dari 40 tahun, tidak pernah mencoba membukanya. Ketika ditanya mengapa, ia hanya menjawab, “Karena itu pintu. Dan pintu ada untuk ditutup.”

Suatu hari, seorang ilmuwan bernama Dr. Lajur datang ke desa dengan tujuan yang jelas: membuka pintu tersebut. Ia membawa alat-alat canggih seperti obeng laser, palu proton, dan secangkir kopi yang sangat kuat. Semua penduduk desa berkumpul di sekitar Pintu Besar, berharap akhirnya akan tahu rahasia di baliknya.

Namun, setiap kali Dr. Lajur mencoba mendekati pintu, Pak Kunci akan muncul entah dari mana dan mulai mengoceh tentang bagaimana pintu itu “bukan untuk orang sembarangan” atau bagaimana “angin akan masuk dan mengacaukan keseimbangan udara desa.”

Momen Pencerahan

Setelah berminggu-minggu berdebat dengan Pak Kunci, Dr. Lajur akhirnya menyerah dan memutuskan untuk mempelajari pintu itu dari kejauhan. Ia memasang kamera pengintai, sensor gerak, dan bahkan seekor burung merpati yang dilatih untuk melaporkan aktivitas mencurigakan (meskipun burung itu lebih sering sibuk mengomentari pola ubin di sekitar pintu).

Namun, yang ditemukan Dr. Lajur malah sangat mengejutkan: pintu itu tidak memiliki engsel. Ya, Anda tidak salah baca. Pintu Besar itu sebenarnya bukan pintu sama sekali, melainkan sepotong kayu besar yang dipasang di dinding dengan cara yang sangat meyakinkan.

Ketika ditanya tentang penemuan ini, Pak Kunci hanya mengangkat bahu dan berkata, “Tentu saja itu bukan pintu sungguhan. Tapi coba bayangkan, jika semua orang tahu itu bukan pintu, mereka tidak akan berhenti di sini untuk bertanya-tanya. Dan kalau mereka tidak berhenti, saya tidak akan punya siapa-siapa untuk saya omeli. Hidup akan sangat membosankan!”

Akhir yang Tidak Disangka

Setelah pengungkapan mengejutkan ini, desa Sempitville menjadi tujuan wisata populer. Orang-orang dari seluruh dunia datang untuk melihat “Pintu yang Bukan Pintu” dan mendengar ceramah panjang Pak Kunci tentang nilai-nilai kehidupan yang entah bagaimana selalu berakhir dengan rekomendasi untuk mencoba teh jahe buatan sendiri.

Pak Kunci pun menjadi selebriti lokal. Ia menulis buku best-seller berjudul Mengapa Pintu Harus Tetap Ditutup (Meski Sebenarnya Tidak Ada) dan sering diundang untuk berbicara di konferensi tentang filosofi pintu.

Dan Pintu Besar itu? Ia tetap berdiri di sana, menjadi bukti bahwa kadang-kadang, sesuatu yang tampaknya penting sebenarnya tidak lebih dari sekadar alat untuk membuat hidup sedikit lebih menarik.


Prompt gambar untuk DALL-E:
“A quirky old man with a teapot, sitting on a small stool in front of a massive wooden door that has no hinges, surrounded by a curious crowd of villagers in a small, whimsical village setting.”