Pertemuan yang Penuh Ketegangan
Di sebuah kota kecil bernama Kjalgrind, yang terkenal akan inovasinya sekaligus reputasi aneh sebagai “ibu kota supermarket berteknologi tinggi,” seorang insinyur bernama Sigurd Bergsdottir sedang mengerjakan proyek terbarunya. Sigurd adalah keturunan langsung Ragnar, seorang Viking legendaris, yang tampaknya meninggalkan warisan berupa keberanian dan kemampuan berpikir di luar kebiasaan. Namun, Sigurd memilih untuk mempraktikkan jiwa Viking-nya di dunia modern lewat kemajuan teknologi.
Proyek terbarunya? Supermarket otomatis yang sepenuhnya dikelola oleh AI canggih, dengan sistem energi nuklir mini untuk mendukung operasinya. “Kenapa nuklir?” tanya banyak orang. Jawabannya sederhana: “Kenapa tidak?” Sigurd percaya bahwa Viking sejati tidak hanya menaklukkan lautan, tetapi juga tantangan energi masa depan.
Namun, ketika supermarket ini dibuka untuk pertama kalinya, keanehan mulai terjadi. Bukan karena sistem nuklirnya, tapi karena supermarket ini tiba-tiba menjadi tempat pertemuan tak sengaja bagi “Viking modern” yang sangat berbeda dengan nenek moyang mereka.
Viking Modern: Berbelanja atau Berperang?
Di hari pembukaan, supermarket yang diberi nama “Valhalla Mart” itu dipenuhi oleh berbagai pelanggan unik. Salah satunya adalah Bjorn Thorsson, seorang peternak kambing lokal yang mengklaim dirinya sebagai reinkarnasi Viking sejati. Dia datang bukan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk mencari “keagungan” yang katanya tersembunyi di lorong makanan beku.
“Di mana lorong Odin?” tuntut Bjorn, dengan aksen yang lebih cocok untuk drama teater daripada kehidupan nyata.
“Pak, ini supermarket, bukan Valhalla sungguhan,” jawab salah satu staf robotik dengan suara monoton. Tetapi Bjorn tidak mendengarkan. Dia malah mulai menantang pelanggan lain untuk duel—dengan keranjang belanja.
Namun, drama terbesar terjadi ketika seorang ilmuwan fisika bernama Dr. Ingrid Holgersen, yang sedang meneliti potensi energi nuklir mini, masuk ke Valhalla Mart untuk “memeriksa stabilitas reaktor supermarket.” Ingrid, yang terkenal dengan pendekatan ilmiahnya yang sangat kaku, langsung bersitegang dengan Sigurd.
“Sigurd, ini ide yang gila. Kamu tahu bahwa memadukan reaktor nuklir mini dengan sistem AI penuh risiko besar,” kata Ingrid, dengan nada setengah panik.
Sigurd tidak terganggu sedikit pun. “Ingrid, Viking sejati tidak pernah takut pada risiko. Bahkan, supermarket ini adalah masa depan! Lihat, kami punya lorong khusus untuk makanan laut yang disimpan pada suhu optimal menggunakan energi nuklir!”
“Dan bagaimana kalau terjadi kebocoran? Apa kamu juga sudah siap untuk itu?” balas Ingrid.
“Tentu saja! Kami punya sistem keamanan yang tak tertandingi! Hanya butuh… eh, dua-tiga kali perbaikan kecil minggu lalu,” jawab Sigurd dengan senyum yang terlalu percaya diri.
Krisis di Lorong Makanan Beku
Ketegangan akhirnya mencapai puncaknya ketika Bjorn, yang masih mencari “lorong Odin,” tanpa sengaja memukul tombol darurat di dekat salah satu reaktor nuklir mini. Akibatnya, supermarket otomatis ini tiba-tiba mengunci semua pintu, mengaktifkan mode “isolasi nuklir,” dan memulai protokol keamanan yang sangat canggih—dan sangat menjengkelkan.
“Perhatian! Potensi kebocoran energi nuklir terdeteksi. Mohon tetap tenang dan nikmati pengalaman belanja Anda,” kata suara AI dengan nada yang hampir menyindir.
“Ini adalah kehormatan terbesar! Bertarung melawan ancaman nuklir di Valhalla!” teriak Bjorn, yang langsung mengambil keranjang belanja sebagai tameng, sementara pelanggan lain mulai panik.
Sigurd, yang masih percaya pada sistemnya, mencoba menenangkan semua orang. “Jangan khawatir, semuanya terkendali! Sistem ini dirancang untuk keamanan maksimum!”
Namun, Ingrid tidak percaya. “Sigurd, ini bukan waktunya untuk pidato heroik. Kita butuh solusi nyata!”
“Apa yang kamu sarankan? Mengorbankan kambing kepada Thor?” balas Sigurd dengan sarkasme.
Tiba-tiba, Bjorn punya ide. “Kita harus memanggil dewa dengan ritual Viking kuno!” Dia langsung mendekati lorong roti dan mulai mengatur baguette menjadi bentuk rune.
“Ini bukan zamannya Viking lagi, Bjorn!” teriak Ingrid. Tetapi Sigurd, dengan semangat Viking yang entah bagaimana masih relevan, memutuskan untuk mengikuti ide itu. “Apa salahnya mencoba?”
Solusi yang Tak Terduga
Sementara Bjorn sibuk dengan ritual baguette-nya, Ingrid akhirnya menemukan cara untuk menonaktifkan protokol isolasi nuklir. Dengan bantuan Sigurd yang akhirnya mau mendengarkan, mereka mengalihkan daya dari sistem nuklir ke generator cadangan. Dalam prosesnya, mereka menemukan bahwa masalah sebenarnya bukan pada reaktornya, tetapi pada AI yang terlalu “cerdas.”
“AI ini… terlalu literal,” kata Ingrid. “Ia mendeteksi ancaman berdasarkan parameter yang tidak masuk akal. Bahkan keranjang belanja bisa dianggap sebagai ancaman nuklir!”
Sigurd mengangguk. “Kurasa aku terlalu ambisius dengan program ini. Tapi hei, bukankah semua penemuan besar dimulai dari kekacauan kecil?”
Setelah protokol keamanan dinonaktifkan, Valhalla Mart kembali beroperasi normal. Bjorn, yang masih percaya bahwa ritualnya yang menyelamatkan semua orang, diangkat sebagai “Pahlawan Valhalla” oleh pelanggan lain. Sementara itu, Sigurd dan Ingrid sepakat untuk bekerja sama menyempurnakan sistem supermarket ini.
“Jadi, mari kita buat ulang sistem ini,” kata Ingrid. “Tapi tanpa drama nuklir kali ini.”
“Baiklah. Tapi aku masih ingin mempertahankan semangat Viking dalam desainnya,” jawab Sigurd sambil tersenyum.
Akhirnya, Valhalla Mart menjadi simbol inovasi dan keberanian, meskipun pelanggan tetap harus waspada terhadap “lorong Odin” yang kini secara resmi menjadi area makanan beku.
Ilustration: “A modern Viking with a horned helmet holding a shopping basket in the aisle of a futuristic supermarket, while a sign reading ‘Nuclear Isolation Mode Active’ glows in the background. The scene is full of humor and absurdity.”