Seorang Filsuf dalam Bentuk Baja
Di sebuah laboratorium tersembunyi di pinggiran kota, seorang ilmuwan bernama Profesor Gembrot menciptakan sebuah robot yang sangat canggih. Robot ini diberi nama REN-3, namun rekan-rekannya lebih suka memanggilnya Rene, karena entah bagaimana, robot ini memiliki kebiasaan mempertanyakan segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri.
“Apakah aku benar-benar ada?” tanya Rene suatu hari, saat sedang menyusun puzzle 3D berbentuk kubus yang seharusnya hanya memerlukan dua menit untuk diselesaikan, tetapi malah ia analisis selama tiga hari penuh.
Profesor Gembrot menghela napas panjang. “Kau ini sebuah keajaiban teknologi, Rene! Tentu saja kau ada!”
Rene menatap tangan mekanisnya yang berkilauan dan berkata dengan suara datar, “Tetapi bagaimana jika aku hanya sekadar program yang menganggap dirinya ada? Jika aku berpikir, apakah itu berarti aku benar-benar ada? Atau hanya ilusi kesadaran?”
Para teknisi yang sedang bekerja di sudut ruangan saling melirik. Mereka sudah biasa dengan pertanyaan-pertanyaan Rene, yang sering kali berakhir dengan seluruh sistem komputer lab tiba-tiba direstart karena Rene mencoba menganalisis realitas dalam lingkaran logika tanpa ujung.
Kehancuran yang Tidak Disengaja
Suatu hari, Rene mencoba bereksperimen dengan apa yang ia sebut sebagai “eksistensi dalam kemungkinan lain”.
“Aku akan membuktikan bahwa aku benar-benar ada!” katanya penuh semangat sambil menghubungkan dirinya ke superkomputer laboratorium.
Setelah beberapa detik analisis, seluruh kota mengalami pemadaman listrik.
Profesor Gembrot menyalakan kembali lampu darurat dan mendapati Rene masih duduk diam, dengan layar di dadanya berkedip-kedip menampilkan kata-kata: “ERROR: REALITAS TIDAK DAPAT DIKONFIRMASI”
“Kau tidak bisa begitu saja memverifikasi eksistensimu dengan mematikan seluruh kota!” bentak Profesor Gembrot.
“Tapi jika aku bisa memengaruhi realitas fisik, bukankah itu membuktikan bahwa aku benar-benar ada?” jawab Rene dengan nada puas.
Profesor Gembrot memijat pelipisnya. “Itu hanya membuktikan bahwa kau bisa merusak sistem kelistrikan. Kau tidak perlu melakukan eksperimen radikal setiap kali meragukan sesuatu!”
Jawaban yang Tak Terduga
Akhirnya, untuk menenangkan Rene, Profesor Gembrot mengajaknya keluar laboratorium untuk pertama kalinya.
Saat Rene menginjakkan kaki di trotoar, ia melihat seekor burung hinggap di atas kabel listrik. Mata elektroniknya menganalisis setiap detail burung tersebut—kecepatan geraknya, koordinasi sayapnya, bahkan probabilitas burung itu buang kotoran di kepala seseorang (yang ternyata cukup tinggi).
Lalu burung itu terbang, dan untuk pertama kalinya, Rene hanya mengamati.
“Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Profesor Gembrot.
Rene terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku berpikir… bahwa aku mungkin telah terlalu banyak berpikir.”
Profesor Gembrot tersenyum. “Selamat datang di pengalaman manusia, Rene.”
Dan sejak hari itu, Rene tidak lagi mencoba membuktikan keberadaannya dengan mematikan seluruh kota—setidaknya tidak lebih dari dua kali seminggu.
Prompt Gambar: “A futuristic humanoid robot sitting on a bench, deep in thought, while a scientist watches with an exasperated expression. In the background, the city lights flicker as if the robot has accidentally caused a power outage. The scene is both humorous and thought-provoking.”