Pagi yang Dimulai dengan Kejutan
Di sebuah desa kecil bernama Kampung Pertiwi, kehidupan berjalan seperti biasanya—yang artinya, tidak ada yang benar-benar biasa. Di sini, sapi-sapi secara misterius lebih suka memakan stroberi daripada rumput, dan Pak Karman, pemilik warung, bersikeras bahwa televisinya bisa memprediksi cuaca lebih akurat daripada aplikasi di ponsel.
Namun, pagi itu berubah drastis ketika sebuah makhluk hijau kecil dengan kepala berbentuk seperti kacang polong muncul di tengah lapangan sepak bola. Makhluk ini mengenakan sesuatu yang menyerupai sweater wol—meskipun warnanya lebih mirip hasil tabrakan antara ungu neon dan hijau mint. Penduduk desa yang sedang bermain bulu tangkis segera berhenti, menyaksikan makhluk ini membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu yang terdengar seperti: “Blip zzzp… Zorlon pzzzt kampung halaman…!”
Tentu saja, tidak ada yang mengerti. Pak Karman, seperti biasa, menganggap itu adalah efek dari televisinya.
Bertemu dengan Si Alien, yang Ternyata Bernama “Pzzorp”
Makhluk tersebut akhirnya memperkenalkan dirinya sebagai Pzzorp, meskipun beberapa anak kecil dengan cepat menjulukinya “Si Polong”. Pzzorp, dengan bantuan buku frasa bahasa universal yang ia bawa (yang untungnya termasuk bahasa Indonesia meskipun penuh dengan kesalahan tata bahasa), menjelaskan bahwa ia sebenarnya berasal dari planet bernama Glorflax-7. Ia terdampar di Bumi karena “kesalahan kecil” dalam sistem navigasi pesawat ruang angkasanya. Kesalahan kecil ini, katanya, lebih melibatkan seekor burung yang bersarang di antena pesawatnya saat ia mendarat darurat di suatu tempat di Jawa Tengah.
Namun, Pzzorp punya masalah lain. Ia sangat rindu kampung halamannya. Ia merindukan aroma Glorflax-7 yang, ia klaim, seperti campuran antara “udara musim semi yang segar” dan “bau sepatu baru yang belum pernah dipakai, tetapi disimpan terlalu lama di gudang.”
“Tapi bukankah udara di sini segar juga?” tanya Pak Karman, yang diam-diam mulai mempertimbangkan apakah Pzzorp bisa menjadi daya tarik turis untuk warungnya.
“Terlalu… oksigen,” jawab Pzzorp dengan nada putus asa.
Penemuan Mie Goreng yang Mengubah Segalanya
Pzzorp menjadi selebriti lokal. Orang-orang desa berlomba-lomba menyajikannya makanan khas. Namun, dari semua makanan yang ia cicipi, hanya satu yang membuat matanya (yang berbentuk seperti lampu LED) benar-benar berkilauan: sepiring mie goreng dari warung Pak Karman.
“Ini… ini!” seru Pzzorp, sambil memegang sendok dengan cara yang hampir benar. “Ini seperti… seperti aroma kampung halaman saya!”
Mie goreng itu, dengan campuran kecap manis, bawang goreng, dan telur dadar, rupanya memiliki rasa yang sangat mirip dengan hidangan khas Glorflax-7, meskipun di sana mereka tidak menggunakan mie, tapi sesuatu yang disebut “Zorflaxian Slime,” yang entah bagaimana terdengar tidak terlalu menggugah selera.
Penduduk desa, tentu saja, sangat terkejut.
“Jadi, maksudmu, mie goreng ini… seperti makanan alien?” tanya Pak Karman, mencoba menyembunyikan rasa bangganya.
“Bukan hanya makanan,” jawab Pzzorp, sambil menelan suapan lain. “Ini adalah ESSENSI kampung halaman saya! Kalian harus mengerti, makanan itu bukan hanya soal rasa, tapi juga soal memori, tentang siapa kita dan dari mana kita berasal.”
Pak Karman tidak benar-benar mengerti, tapi ia memutuskan untuk menambahkan tulisan “Mie Goreng Alien” pada papan menu warungnya.
Rencana Besar untuk “Kembali ke Rumah”
Setelah menyadari bahwa ia tidak mungkin kembali ke Glorflax-7 karena pesawatnya sekarang digunakan anak-anak desa untuk bermain prosotan, Pzzorp memutuskan untuk mencoba menciptakan kembali suasana kampung halamannya di Bumi. Ia merekrut seluruh penduduk desa untuk membantu.
Pertama, ia meminta semua orang menanam stroberi di setiap sudut desa, karena menurutnya, warna merah terang itu mirip dengan lanskap Glorflax-7. Kedua, ia mengajari Pak Karman cara membuat “Zorflaxian Slime,” yang ternyata hanya membutuhkan kombinasi rumit antara tepung maizena, air, dan sesuatu yang disebut “getah pohon misterius” yang hanya tumbuh di hutan terdekat.
Ketiga, dan yang paling membingungkan, ia meminta semua penduduk memakai sweater wol ungu neon setiap malam Selasa. Ketika ditanya alasannya, Pzzorp hanya menjawab, “Ini tradisi. Jangan tanya kenapa.”
Kampung Pertiwi yang Baru
Dalam waktu beberapa bulan, Kampung Pertiwi berubah menjadi sesuatu yang hampir menyerupai Glorflax-7, meskipun dengan tambahan beberapa hal yang jelas-jelas khas Indonesia, seperti gerobak bakso dan sepeda motor.
Pzzorp, meskipun masih rindu kampung halamannya, mulai merasa lebih nyaman. Ia bahkan mulai belajar bahasa Indonesia dengan cukup baik, meskipun ia tetap bingung dengan kata “nggak” yang menurutnya terdengar seperti seseorang sedang memukul drum kecil.
“Terima kasih,” katanya suatu hari kepada Pak Karman. “Kalian semua telah membuat saya merasa seperti di rumah.”
Pak Karman, yang saat itu sedang sibuk menghitung keuntungan dari menu baru “Mie Goreng Alien,” hanya tersenyum. “Ah, tidak masalah. Asal jangan lupa bayar mie gorengnya.”
Dan begitulah, Pzzorp akhirnya menemukan rumah kedua di Bumi, meskipun ia masih berharap suatu hari bisa kembali ke Glorflax-7. Sampai saat itu, ia puas hanya dengan sepiring mie goreng dan suasana hangat Kampung Pertiwi.
Prompt Gambar: “An alien with a glowing green head sitting in a small village warung, enjoying a plate of fried noodles alongside villagers wearing mismatched neon sweaters. There are strawberry plants growing wildly around the village.”