Kota di Mana Semua Orang Lupa Setelah Lima Detik

Kota di Mana Semua Orang Lupa Setelah Lima Detik

Hari Dimulai dengan “Lho, Kok Aku Di Sini?”

Bayangkan sebuah dunia di mana ingatan setiap manusia hanya bertahan selama lima detik. Ya, tepat lima detik. Setelah itu? “Poof!” Semua menghilang seperti jejak kaki di pasir pantai yang dihanyutkan ombak. Anda bisa saja sedang memegang secangkir kopi, lalu lima detik kemudian, Anda memandanginya seperti alien baru saja memberikannya kepada Anda sambil berkata, “Minuman ini berasal dari planet Zorkon, silakan coba.”

Itulah kehidupan sehari-hari di Kota Lupa—nama yang diberikan oleh siapa pun yang sempat mengingatnya selama lima detik, sebelum lupa lagi. Kota ini penuh dengan teknologi canggih untuk membantu warganya mengatasi masalah tersebut. Setiap orang memakai sebuah alat di pergelangan tangan yang disebut “Pengingat Otomatis”, sebuah perangkat kecil yang memancarkan suara dengan nada ramah setiap lima detik, mengingatkan Anda siapa Anda dan apa yang sedang Anda lakukan.

Teknologi Kacau yang Membantu (Atau Membingungkan)

Namun, alat itu sendiri sering menjadi sumber masalah. Misalnya, seorang pria bernama Pak Jono—atau setidaknya itulah yang dikatakan alatnya—mendengar suara ini setiap lima detik: “Halo, Anda adalah Jono. Anda sedang menuju ke warung untuk membeli pisang.” Tapi karena suara itu terus berulang setiap lima detik, setiap kali ia mendengarnya, ia berhenti berjalan, menatap alatnya, dan berkata, “Oh iya, saya Jono. Saya mau beli pisang.” Tentu saja, ia tidak pernah sampai ke warung karena ia terus lupa bahwa ia sudah tahu itu.

Sistem Pemerintahan yang Mengagumkan (dan Sedikit Absurd)

Kehidupan di Kota Lupa diatur oleh sebuah sistem pemerintahan yang disebut “Komite Lima Detik.” Rapat-rapatnya sangat efisien—bukan karena kecepatan mengambil keputusan, tetapi karena tidak ada yang bisa mengingat argumen satu sama lain cukup lama untuk berdebat. Akibatnya, semua keputusan dibuat berdasarkan hasil undian koin. Kebijakan terakhir mereka? “Semua orang harus memakai topi warna-warni agar lebih mudah dikenali.” Sayangnya, lima detik kemudian, tidak ada yang ingat kenapa mereka memutuskan hal itu.

Wali kota Kota Lupa, seorang wanita bernama Bu Susi—atau mungkin itu hanya nama yang diberikan oleh alat Pengingat Otomatisnya—adalah figur yang karismatik. Dalam pidato publiknya yang terkenal, ia berkata, “Warga sekalian, kita harus bersatu untuk… um… apa tadi?” Dan rakyatnya bersorak. Bukan karena mereka mengerti poinnya, tapi karena mereka juga tidak ingat apa yang baru saja diucapkan.

Hubungan Sosial yang Unik

Dalam dunia lima detik ini, hubungan sosial menjadi tantangan besar. Pasangan suami istri sering bertemu di ruang tamu dan memperkenalkan diri satu sama lain setiap lima detik. “Halo, saya Tono.” “Oh, halo, saya Lisa. Senang bertemu Anda.” Lima detik kemudian, mereka mengulangi proses itu, dengan semangat yang sama seperti pertama kali. Mungkin ini sebabnya tingkat perceraian di Kota Lupa adalah nol—tidak ada yang cukup lama ingat bahwa mereka pernah bertengkar.

Namun, ada satu kelompok yang benar-benar diuntungkan dari situasi ini: pemain sulap. Dengan mengulang trik yang sama setiap lima detik, mereka bisa memukau audiens yang sama sepanjang malam. Seorang pesulap terkenal bernama Mister Abrakadabra bahkan pernah melakukan trik sederhana dengan koin selama delapan jam penuh, dan penonton tetap bertepuk tangan setiap kali koin itu “menghilang.”

Misteri dan Konspirasi

Tentu saja, dalam masyarakat seperti ini, selalu ada peluang untuk manipulasi. Ada desas-desus tentang seorang pria bernama Pak Herman (atau mungkin bukan itu namanya, siapa yang tahu?), yang konon bisa mengingat sesuatu lebih dari lima detik. Ia dianggap sebagai “penjaga rahasia besar” kota ini. Apa rahasianya? Tidak ada yang tahu—terutama karena setiap kali seseorang bertanya, mereka lupa untuk mendengarkan jawabannya.

Suatu hari, seorang jurnalis bernama Maya memutuskan untuk menyelidiki Pak Herman. “Ini adalah cerita terpenting dalam karier saya,” ujarnya kepada dirinya sendiri, setiap lima detik. Ia mulai mencatat setiap interaksi di buku catatan, hanya untuk menyadari bahwa ia lupa membawa pulpen. Akhirnya, ia hanya menggambar wajah tersenyum di setiap halaman untuk mengingatkan dirinya agar tetap bahagia.

Kesimpulan yang Tidak Pernah Diingat

Kehidupan di Kota Lupa mungkin terdengar kacau, tetapi penduduknya tampak bahagia. Mungkin karena mereka tidak pernah cukup lama ingat untuk merasa stres. Tidak ada dendam, tidak ada penyesalan, dan tentu saja tidak ada rasa malu dari keputusan buruk lima detik yang lalu. Dunia ini berjalan dengan logika yang aneh, di mana setiap orang terus-menerus memulai kembali hidup mereka. Dan mungkin, dalam absurditas itu, ada sesuatu yang sangat indah.

Sementara itu, wali kota Bu Susi baru saja memulai pidato baru. “Warga sekalian, mari kita… apa tadi?”


Ilustration: “A chaotic city square where everyone wears colorful hats, repeatedly introducing themselves to each other every five seconds, while a magician performs the same coin trick to an endlessly amazed audience.”