Selamat Datang di Kantor Konsultasi yang Tak Pernah Konsisten
Di sebuah sudut kota yang tampaknya tidak pernah masuk ke peta manapun—serius, bahkan Google Maps pun menyerah mencarinya—berdirilah sebuah kantor kecil dengan papan nama bertuliskan “Konsultan Bingung Aja.” Papan itu terlihat seperti hasil kerja tukang kayu yang sedang mengalami eksistensialisme akut. Huruf-hurufnya bengkok ke segala arah, dengan cat yang terkelupas seakan-akan papan itu sendiri malu mengiklankan jasa di baliknya.
Namun, jangan salah. Ini bukan sembarang kantor konsultan. Di dalamnya, Anda tidak akan menemukan solusi yang jelas, jawaban yang definitif, atau bahkan secangkir teh yang benar-benar teh (mereka pernah menyajikan cairan biru yang diklaim sebagai “teh futuristik,” meskipun lebih mirip cairan pembersih lantai). Tempat ini dijalankan oleh seorang pria bernama Agung B. Sembarang, yang mengklaim dirinya sebagai “Konsultan Hidup Absurd Tersertifikasi.” Tidak ada yang tahu siapa yang memberinya sertifikasi itu, dan Agung sendiri tampaknya lupa.
Masalah yang Datang, Solusi yang Tak Diundang
Pagi ini, seorang klien bernama Bu Citra datang ke kantor. Dia seorang ibu rumah tangga biasa yang merasa hidupnya terlalu monoton. Ia baru saja menyadari bahwa ia telah menghabiskan waktu 10 tahun terakhir mencoba mencari tahu cara terbaik untuk mengatur letak sendok garpu di laci dapur, dan hasil akhirnya selalu sama: sendok di sebelah kiri, garpu di sebelah kanan, dan hidupnya tetap membosankan.
“Apa solusi untuk hidup saya yang terlalu datar ini?” tanyanya dengan harapan yang nyaris teraba.
Agung mengusap dagunya dengan gaya yang seolah-olah dia sedang memikirkan jawaban yang sangat mendalam. Padahal, kita tahu, dia hanya mencoba mengingat apakah dia sudah mematikan setrika di rumah atau belum.
“Bu Citra,” katanya akhirnya, “solusi untuk hidup monoton adalah dengan membuatnya lebih… tidak monoton. Dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan memulai hobi baru.”
“Hobi apa, Pak Agung?”
“Ah, saya senang Ibu bertanya! Bagaimana kalau Ibu mencoba hobi memelihara kaktus yang tidak terlihat?”
“Maaf, maksudnya apa itu?”
Agung mengeluarkan kotak kecil dari mejanya, lalu membuka penutupnya dengan drama yang berlebihan. Di dalamnya tidak ada apa-apa. Namun, dengan penuh keyakinan, ia menyerahkan kotak kosong itu ke Bu Citra.
“Inilah kaktus yang tidak terlihat. Dia sangat rendah perawatan, tapi sangat menantang secara emosional karena Anda tidak pernah benar-benar tahu apakah dia bahagia atau tidak. Cobalah berbicara dengannya.”
Bu Citra, yang kini terlihat lebih bingung daripada sebelumnya, akhirnya pulang dengan kotak kosong itu. Seminggu kemudian, ia kembali ke kantor dengan wajah yang lebih cerah.
“Pak Agung, saya tidak tahu kenapa, tapi berbicara dengan kaktus tak terlihat itu sungguh menyenangkan. Saya merasa hidup saya lebih berarti sekarang.”
Agung mengangguk dengan bijak, meskipun sebenarnya dia sama sekali tidak tahu kenapa itu berhasil.
Kasus Lain yang Tak Kalah Aneh
Tidak semua klien semudah Bu Citra. Suatu hari, seorang pria bernama Pak Dendi datang dengan masalah yang sangat spesifik: dia tidak bisa berhenti membeli barang-barang yang tidak berguna di toko daring. Ia membawa contoh: sebuah alat pembuka kaleng berbentuk badak (yang, ironisnya, tidak bisa membuka kaleng), sandal dengan roda kecil di bagian tumit, dan sebuah buku berjudul “Cara Memahami Bahasa Ikan Dalam 48 Jam.”
“Apa yang harus saya lakukan, Pak Agung? Saya terus menghabiskan uang untuk barang-barang ini, tapi saya tidak bisa berhenti!”
Agung berpikir sejenak, lalu tersenyum lebar. “Pak Dendi, saya punya solusi yang sangat efektif. Mulai sekarang, setiap kali Anda ingin membeli sesuatu yang tidak berguna, bayangkan bahwa barang itu adalah alien yang sedang menyamar.”
“Alien?”
“Ya, alien yang ingin memanipulasi Anda agar menghabiskan uang Anda sehingga mereka bisa mendanai invasi Bumi. Jika Anda tetap membelinya, berarti Anda mendukung agenda mereka.”
Pak Dendi tampaknya terkejut dan—anehnya—tertarik. Ia pulang dengan tekad untuk memboikot toko daring. Seminggu kemudian, ia kembali dengan wajah bangga.
“Pak Agung, saya tidak membeli apa-apa minggu ini! Saya bahkan mengembalikan sandal roda saya ke penjualnya!”
Agung tersenyum, meski dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah ia baru saja menciptakan paranoia baru.
Filosofi di Balik Kekacauan
Mungkin Anda bertanya-tanya: apakah Agung benar-benar membantu orang-orang ini, atau justru membuat hidup mereka lebih rumit? Jawabannya adalah… ya. Agung percaya bahwa hidup tidak perlu masuk akal untuk menjadi memuaskan. Kadang-kadang, solusi terbaik untuk sebuah masalah adalah membuat masalah itu menjadi sesuatu yang begitu absurd, sehingga Anda tidak punya pilihan selain tertawa dan melanjutkan hidup.
Di dinding kantor Agung, ada sebuah kutipan yang ia klaim berasal dari seorang filsuf terkenal. Kutipan itu berbunyi: “Jika hidup membuatmu bingung, bingungkanlah hidup balik.” Namun, jika Anda melihat lebih dekat, Anda akan menyadari bahwa kutipan itu sebenarnya berasal dari kotak sereal.
Dan itulah esensi dari Konsultan Bingung Aja: solusi yang tidak masuk akal untuk masalah yang, kalau dipikir-pikir, mungkin juga tidak masuk akal. Namun, entah bagaimana, itu berhasil.
Prompt untuk DALL-E: A quirky, surreal illustration of a tiny, chaotic consulting office with mismatched furniture, an absurdly large stack of paperwork, and a confident consultant handing over an empty box labeled “Invisible Cactus” to a confused client.