Awal yang Tidak Pernah Terduga
Di sebuah bengkel kayu di sudut desa, Pinokio sedang sibuk memoles hidungnya dengan amplas. Dia baru saja berbohong kepada seekor tupai bahwa dia tidak menghabiskan semua kue walnut yang ada di dapur Geppetto. Akibatnya, hidungnya memanjang begitu rupa hingga hampir menyerupai cabang pohon oak. Tapi bukan itu masalahnya. Masalah sebenarnya adalah suara gemuruh yang semakin mendekat, seperti suara mesin gergaji raksasa yang sedang mengejar mangsanya.
“Apakah itu badai?” tanya Pinokio pada dirinya sendiri, berhenti mengamplas hidungnya.
Namun, yang muncul dari balik kabut bukanlah badai, melainkan sosok berbadan baja, dengan mata merah menyala seperti lampu lalu lintas yang sedang marah. Sosok itu berjalan dengan langkah berat dan penuh tekad.
“Apakah ini… robot badut?” pikir Pinokio, karena ia belum pernah melihat sesuatu yang begitu aneh—dan, jujur saja, sedikit menyeramkan.
Perkenalan yang Tidak Mulus
“Aku adalah Terminator. Model T-800. Misiku adalah… menemukan John Connor,” kata robot itu dengan suara datar, sambil memindai area sekitar dengan mata merahnya.
Pinokio, yang merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk menjadi pahlawan, mengangkat tangannya tinggi-tinggi. “Aku Pinokio, dan aku… aku adalah… umm… pahlawan kayu! Ya, pahlawan kayu! Aku akan membantumu!”
Tentu saja, hidungnya langsung memanjang hingga menyerupai antena parabola.
Terminator menatap hidung tersebut dengan kebingungan algoritmik. “Anomali material terdeteksi. Objek kayu dengan kemampuan pertumbuhan spontan. Analisis: tidak relevan untuk misi utama.”
Namun, Pinokio merasa tersinggung. “Hei, aku tidak hanya kayu biasa! Aku bisa berbicara, berjalan, dan… eh, aku pernah melawan paus raksasa!”
“Tidak relevan,” balas Terminator, yang tampaknya tidak terkesan sama sekali.
Misi yang Berbelit
Setelah beberapa saat kebingungan, Terminator memutuskan bahwa Pinokio mungkin berguna sebagai pemandu lokal. “Subjek: Pinokio. Akan digunakan untuk menemukan John Connor.”
“Siapa John Connor itu? Apakah dia juga terbuat dari kayu? Atau mungkin dia seperti Geppetto?” tanya Pinokio dengan antusiasme yang tidak pada tempatnya.
“John Connor adalah pemimpin masa depan perlawanan manusia melawan Skynet,” jawab Terminator, tanpa menyadari bahwa jawaban itu sama sekali tidak membantu Pinokio yang bahkan tidak tahu apa itu ‘Skynet’.
“Skynet? Apakah itu sejenis jaring ikan?”
“Negatif.”
Pinokio mengangguk-angguk seolah dia mengerti. “Baiklah, aku akan membantumu, tapi dengan satu syarat.”
Terminator menatapnya tanpa ekspresi. “Syarat diterima. Sebutkan.”
“Aku ingin kau mengajarkanku cara menjadi pahlawan sejati! Seperti kau, yang terlihat sangat… err… berani.”
Hidungnya memanjang lagi. Terminator, yang mulai merasa bahwa kayu ini adalah salah satu keajaiban dunia yang tidak perlu dipahami, hanya berkata, “Diterima.”
Latihan Gaya Terminator
Latihan pertama dimulai dengan Pinokio mencoba meniru gaya jalan Terminator yang penuh tekad. Sayangnya, kaki kayunya tidak dirancang untuk langkah berat, jadi dia terus terjatuh.
“Langkah stabil. Jangan kehilangan keseimbangan,” instruksi Terminator, tanpa sedikitpun nada iba.
“Aku mencoba! Tapi kakiku tidak dilengkapi hidrolik seperti punyamu!” Pinokio mengeluh sambil memegangi hidungnya yang kini terpaut di semak-semak karena kebohongan kecil bahwa dia “baik-baik saja”.
Latihan berikutnya adalah belajar menembak. Terminator menyerahkan senjata laser kecil kepada Pinokio, yang langsung tercengang.
“Wow! Apakah ini tongkat sihir?” tanyanya dengan mata berbinar.
“Ini senjata plasma. Tidak ada hubungan dengan sihir.”
Pinokio mencoba menembak, tetapi karena tangannya terbuat dari kayu, senjata itu terpental dan hampir mengenai Terminator. “Oops! Itu tidak sengaja!”
“Subjek: Pinokio. Risiko tinggi untuk misi. Solusi: kurangi keterlibatan.”
“Tidak! Beri aku kesempatan lain!” Pinokio memohon, dan hidungnya memanjang lagi. Terminator hanya menghela napas elektroniknya.
Twist Tak Terduga
Sementara mereka sibuk, muncul ancaman baru: model Terminator yang lebih canggih, T-1000, yang bisa berubah bentuk. Dia datang untuk menghentikan misi T-800 dan juga… menghancurkan Pinokio, yang dianggap sebagai gangguan temporal.
“Target terdeteksi,” kata T-1000 dengan suara dingin seperti es.
Pinokio, yang panik, bersembunyi di balik T-800. “Apa yang dia inginkan dariku? Aku hanya boneka kayu!”
“Eliminasi gangguan. Prioritas sekunder,” jawab T-800, menyiapkan senjata.
Namun, saat T-1000 menyerang, Pinokio tiba-tiba mendapatkan ide brilian—yang, tentu saja, datang dari rasa takut berlebih. Dia mulai berbohong sebanyak-banyaknya.
“Aku adalah robot terkuat di dunia! Aku bisa menghentikanmu hanya dengan pikiranku!”
Hidungnya tumbuh begitu panjang hingga menusuk T-1000 yang sedang dalam mode cair, membuatnya terjebak dalam bentuk bola bening yang aneh.
Terminator menatap Pinokio dengan sesuatu yang hampir menyerupai penghargaan. “Strategi tidak konvensional. Efektif. Subjek: Pinokio. Diterima sebagai sekutu.”
Pinokio, yang kini merasa seperti pahlawan sejati, hanya tersenyum lebar. “Aku tahu aku akan berhasil! Tapi… bisakah kau membantuku memotong hidung ini nanti?”
“Tidak relevan,” jawab T-800 dengan monoton, tetapi kali ini, ada sedikit nada hormat di dalamnya.
Akhir yang Bahagia (?)
Setelah T-1000 berhasil dikirim kembali ke masa depan (atau masa lalu, siapa yang tahu), T-800 memutuskan untuk melanjutkan misinya mencari John Connor.
“Pinokio. Kamu adalah anomali unik. Tapi misi saya tidak bisa dilanjutkan dengan kamu sebagai gangguan.”
Pinokio hanya mengangguk, merasa bangga bahwa dia telah membantu, meskipun hanya sedikit. “Semoga sukses, robot badut!” katanya, melambaikan tangannya.
“Terminasi ‘robot badut’. Aku adalah Terminator,” T-800 mengoreksi dengan datar sebelum menghilang ke kejauhan.
Pinokio kembali ke bengkel Geppetto, dengan hati penuh cerita yang tidak ada yang akan percaya. Tapi satu hal yang pasti: dia sekarang tahu bahwa menjadi pahlawan sejati tidak hanya soal keberanian—kadang-kadang, itu juga soal hidung panjang yang berguna.
Prompt Gambar: “A whimsical scene of a wooden puppet with a long nose fighting alongside a metallic humanoid robot with glowing red eyes. The background is a chaotic mix of a rustic workshop and futuristic technology, with a liquid-metal figure trapped in a wooden spear made from the puppet’s nose.”