Bab 1: Iklan yang Terlalu Bagus untuk Menjadi Nyata
Guru olahraga sekolah dasar bernama Pak Heru adalah pria yang dikenal sangat antusias dalam segala hal, kecuali ketika harus berurusan dengan teknologi modern. Oleh karena itu, ketika ia melihat sebuah iklan pop-up di ponselnya yang berbunyi, “BERENANG BARENG DUYUNG, PENGALAMAN TAK TERLUPAKAN! PESAN SEKARANG!”, ia tak ragu untuk langsung mengekliknya.
Iklan itu menampilkan gambar seorang duyung dengan ekor berkilauan yang tampak seperti hasil kolaborasi antara pelangi dan salon glitter. Duyung tersebut tersenyum lebar, seolah-olah berkata, “Hidupmu akan berubah total jika kau mengklik tautan ini.”
Pak Heru tidak membaca detail kecil tentang acara ini, seperti, “Tidak ada pengembalian dana untuk harapan yang dihancurkan,” atau “Duyung hanyalah representasi simbolis, bukan makhluk biologis.” Ia hanya tahu satu hal: ini adalah cara sempurna untuk membuat kelas olahraga menjadi lebih menarik. Anak-anak pasti akan menyukainya, dan ia akan terlihat seperti guru yang paling keren di sekolah.
Bab 2: Kolam Renang dan Kejutan
Hari yang dinanti tiba, dan Pak Heru membawa seluruh kelas murid-muridnya ke sebuah kolam renang umum yang telah disewa khusus untuk acara ini. Kolam itu didekorasi dengan tema laut yang berlebihan. Ada bendera bergambar ikan kartun, balon berbentuk kerang, dan speaker kecil yang terus memutar suara ombak bercampur kicauan burung camar.
Namun, yang paling menarik perhatian Pak Heru adalah sosok duyung yang terlihat meluncur elegan di bawah air. Ekor duyung itu berkilauan seperti kaca patri yang dipasang di katedral bawah laut.
“Anak-anak,” kata Pak Heru dengan senyum lebar, “mari kita sambut tamu spesial kita: Duyung Aurora!”
Aurora, nama duyung yang entah didapat dari mana, muncul dari air dengan gerakan dramatis yang hampir berhasil membuat semua orang percaya bahwa ia bukanlah manusia dengan kostum berbahan silikon. Ia melambai dengan tangan yang, secara teknis, tidak seharusnya dimiliki oleh seekor duyung.
“Selamat datang, anak-anak!” katanya sambil tersenyum lebar. Tapi senyumnya terlihat sedikit terlalu lebar, seperti seseorang yang baru saja menyadari bahwa ia lupa membawa dompet di restoran mahal.
Bab 3: Kenyataan yang Mulai Terungkap
Sebagai bagian dari acara, Aurora mulai berenang bersama anak-anak di kolam renang. Ia menunjukkan beberapa gerakan renang duyung yang, dengan jujur, lebih mirip seseorang yang berusaha keras untuk tidak tenggelam dengan kostum yang terlalu berat.
Salah satu murid, Dito, mengangkat tangan dengan antusias. “Bu Duyung, kenapa ekor Anda terlihat seperti bantal kursi yang dilapisi plastik?”
Aurora, yang sebenarnya adalah seorang mahasiswa seni rupa bernama Lia yang mencari penghasilan tambahan, tersenyum kaku. “Oh, itu… karena saya duyung modern. Kami sangat inovatif dalam desain ekor sekarang!”
Dito tampak tidak yakin tetapi memutuskan untuk tidak mempersoalkannya lebih lanjut. Namun, beberapa murid lain mulai memperhatikan hal-hal aneh lainnya: seperti fakta bahwa Aurora terus menghindari menyelam terlalu dalam karena kostumnya tidak tahan air sepenuhnya, atau bahwa ia sesekali meminta tolong staf kolam untuk membantunya berdiri setelah tergelincir.
Bab 4: Twist yang Tidak Terduga
Di sisi lain kolam, Pak Heru mulai merasa ada sesuatu yang aneh. Ia mendekati salah satu staf penyelenggara acara, seorang pria bernama Arman yang tampak seperti seseorang yang menjalankan bisnis ini hanya untuk membayar tagihan Wi-Fi-nya.
“Maaf,” kata Pak Heru, “apakah ini memang duyung sungguhan?”
“Pak,” jawab Arman sambil menyesap kopi instan, “saya menghargai imajinasi Anda, tapi duyung tidak ada. Ini hanya bisnis hiburan kecil-kecilan.”
Pak Heru tertegun. “Jadi… ini hanya kostum?”
“Ya, Pak. Lagipula, kalau ada duyung sungguhan, mereka tidak akan mau berenang di kolam renang umum yang airnya penuh klorin.”
Pak Heru merasa tertipu, tetapi kemudian ia melihat anak-anaknya. Mereka masih tertawa dan bersenang-senang, bahkan beberapa dari mereka membantu “Duyung Aurora” mengatur ekornya yang mulai terlepas di bagian pinggul. Ia menyadari satu hal: anak-anak tidak peduli apakah ini nyata atau tidak. Mereka hanya peduli bahwa mereka bersenang-senang.
Bab 5: Pelajaran Hidup yang Tidak Direncanakan
Ketika acara itu selesai, Pak Heru memberikan pidato kecil. “Anak-anak, hari ini kita belajar bahwa tidak semua yang berkilauan adalah emas, atau dalam hal ini, tidak semua yang memiliki ekor adalah duyung. Tapi yang penting adalah kita bersenang-senang dan belajar sesuatu yang baru.”
Dito mengangkat tangan lagi. “Apa yang kita pelajari, Pak?”
Pak Heru terdiam sejenak. “Kita belajar… bahwa kostum silikon tidak dirancang untuk berenang.”
Semua orang tertawa, termasuk Lia si duyung palsu, yang merasa lega bahwa acara ini tidak berubah menjadi bencana total.
Epilog: Iklan Baru
Beberapa minggu kemudian, Pak Heru melihat iklan baru di ponselnya. Kali ini, iklan itu berbunyi, “BERENANG DENGAN NAGA AIR, PENGALAMAN TAK TERLUPAKAN!”
Pak Heru hanya tersenyum dan mengklik tombol tutup. Ia memutuskan untuk tidak lagi terjebak oleh iklan digital. Namun, di sisi lain, ia mulai bertanya-tanya seperti apa bentuk kostum naga air itu.
Prompt untuk DALL-E: “A whimsical swimming pool scene with a mermaid in a glittery costume surrounded by laughing children, with colorful decorations and a humorous atmosphere.”