Jasa Pindahan Tanpa Harus Berpindah Tempat

Jasa Pindahan Tanpa Harus Berpindah Tempat

Ide Brilian yang Tidak Diinginkan

Hari itu, di kota kecil bernama Sentosa Dalam Bingkai (sebuah nama yang terdengar seperti judul lukisan kelas menengah), Pak Daru menemukan dirinya di sebuah seminar yang ia kira tentang strategi pertanian hidroponik, tetapi ternyata berjudul, “Masa Depan Adalah Sekarang: Jasa Pindahan Tanpa Harus Berpindah Tempat.”

Pak Daru, seorang pria yang selama 43 tahun hidupnya merasa cukup puas dengan gagasan bahwa pindah rumah berarti mengangkat sofa, membongkar lemari, dan secara tidak sengaja menemukan kaus kaki yang hilang sejak lebaran 2007, merasa terperangkap. Namun, apa yang membingungkannya adalah pembicara seminar, seorang pria gemuk dengan kumis melengkung yang tampak seperti hasil kolaborasi antara Salvador DalĂ­ dan tukang cukur yang sedang terburu-buru, mengklaim bahwa mereka dapat memindahkan rumah Anda tanpa menyentuh satu barang pun.

“Jadi, Anda bilang, saya bisa pindah ke Paris… tanpa meninggalkan Sentosa Dalam Bingkai?” tanya Pak Daru, mencoba memastikan bahwa ia tidak salah menangkap ide yang, sejujurnya, terdengar seperti hasil brainstorming mabuk.

“Betul sekali, Pak,” jawab si pembicara penuh percaya diri, sambil merapikan kumisnya dengan sendok teh. “Anda tidak perlu memindahkan apa-apa. Kami hanya akan mengubah suasana, aroma, pencahayaan, dan… sedikit manipulasi psikologis. Voila! Rasanya seperti pindah rumah ke benua lain.”

Pak Daru mengangguk pelan. Ia tidak yakin apakah ini adalah penipuan atau bentuk seni modern yang ia terlalu tua untuk memahaminya.


Proyek Percobaan: Dari Sentosa ke Italia

Setelah 3 hari penuh merenung dengan kopi hitam terlalu manis, Pak Daru akhirnya memutuskan untuk mencoba layanan ini. Ia memilih “Italia” sebagai tujuan pindahan metaforisnya. Alasannya sederhana: ia pernah melihat film tentang mafia di Italia dan merasa bahwa memiliki suasana Santorini (padahal itu Yunani, tapi siapa yang peduli?) di ruang tamunya akan membuat dia terlihat lebih sophisticated di grup WhatsApp keluarga.

“Paket pindahan metaforis ke Italia akan memakan waktu dua hari,” kata seorang staf jasa pindahan yang bernama Mbak Desi, sambil tersenyum cerah seperti seseorang yang percaya penuh pada konsep ini. “Besok pagi kita mulai dengan mengubah aroma rumah Anda menjadi seperti aroma kebun anggur di Tuscany.”

Keesokan harinya, Pak Daru bangun dengan hidung yang penuh dengan aroma anggur fermentasi dan, entah bagaimana, sedikit bau keju. Ia membuka pintu depan dan mendapati staf jasa pindahan sedang memasang tirai baru yang terlihat seperti tirai di restoran pizza tua. Di sudut ruang tamu, ada sepeda ontel dengan keranjang rotan penuh bunga lavender, yang tampaknya hanya ada untuk dekorasi.

“Apa ini?” tanya Pak Daru bingung.

“Nuansa Italia, Pak,” jawab Mbak Desi. “Anggap saja Anda sedang di pedesaan. Kami juga telah mengganti suara ayam tetangga Anda dengan rekaman burung camar dari pantai Amalfi. Oh, dan lampu Anda sekarang dirancang untuk memancarkan cahaya seperti matahari sore di Roma.”


Efek Samping yang Tak Terduga

Pada hari ketiga, Pak Daru benar-benar merasa seperti berada di Italia. Ia mulai memanggil anak-anaknya dengan nama seperti “Giuseppe” dan “Francesca,” meskipun nama asli mereka adalah Budi dan Siti. Ia bahkan mulai mencoba berbicara dengan aksen Italia yang sangat buruk, yang membuat istrinya, Bu Nanik, hampir mengajukan gugatan cerai.

Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Aroma keju yang terlalu kuat di dapur ternyata menarik perhatian seekor kucing liar, yang kini menjadikan rumah Pak Daru sebagai markas besar. Selain itu, tetangganya, Pak Amin, mulai mengeluh bahwa suara burung camar yang terus-menerus diputar telah membuatnya merasa seperti sedang tinggal di dalam film dokumenter National Geographic.

“Ini terlalu berlebihan!” protes Pak Amin suatu sore, sambil menunjuk ke arah sepeda ontel yang kini dikelilingi oleh kucing liar. “Kita tinggal di Sentosa Dalam Bingkai, bukan Napoli!”


Hukuman dari Realitas

Setelah seminggu penuh menjadi “orang Italia,” Pak Daru akhirnya menyadari satu hal penting: meskipun suasana rumahnya telah berubah, hidupnya tetap sama. Ia masih harus membayar tagihan listrik, masih harus menghadiri rapat RT setiap Selasa malam, dan istrinya masih tidak terkesan dengan upayanya untuk membuat pasta buatan sendiri.

“Ini semua sia-sia,” gumam Pak Daru sambil menatap tirai pizza tua di ruang tamunya. “Saya tidak benar-benar pindah, kan? Saya hanya… berpura-pura.”

Mbak Desi, yang entah bagaimana selalu muncul di saat-saat seperti ini, menjawab dengan bijak, “Pindah tempat bukan tentang lokasi fisik, Pak. Ini tentang bagaimana Anda melihat dunia. Dan kalau melihat dunia dengan aroma keju, ya… mungkin memang agak aneh.”


Illustration: “A cozy living room transformed into a whimsical Italian countryside with mismatched decor: wine barrels, lavender baskets, and a vintage bicycle. A middle-aged man with a confused expression stands next to a curious stray cat sniffing the cheese-scented air.”