Jasa Konsultasi Dilema Moral yang Tidak Penting

Jasa Konsultasi Dilema Moral yang Tidak Penting

Pendahuluan ke Dunia yang Tidak Perlu Penting

Di ujung sebuah jalan kecil yang bahkan Google Maps pun menyerah mencarinya, berdiri sebuah bangunan dengan papan kayu miring bertuliskan “Konsultasi Dilema Moral: Tidak Penting, Tapi Kami Peduli”. Bangunan ini terlihat seperti gabungan antara toko roti gagal dan kantor post apokaliptik, lengkap dengan cat yang terkelupas dan bel pintu yang berbunyi seperti keluhan seekor kambing.

Pemiliknya, Pak Hermanus Supardi, dikenal sebagai orang yang menganggap dirinya ahli dalam segala hal yang tidak relevan. Gelarnya terdiri dari akronim-akronim yang tidak diketahui asalnya, seperti “DM.TP. (Doktor Moral Tidak Penting)” dan “P.K.T.D. (Pencetus Kebingungan Tak Dibutuhkan)”. Bisnisnya booming, terutama di kalangan orang-orang yang merasa harus membuat keputusan besar, meskipun keputusan itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan keberlangsungan hidup mereka.

Klien dengan Dilema Luar Biasa Tak Penting

Pagi itu, Pak Hermanus sedang sibuk menata koleksi mug bertuliskan kutipan pseudo-inspiratif seperti “Hidup Adalah Pilihan, Tapi Kadang Tidak Penting” dan “Kopi Pahit, Seperti Dilema Moralmu”. Bel pintu kambingnya berbunyi, dan seorang pria masuk sambil membawa dua botol saus tomat.

“Selamat pagi, Pak Hermanus,” kata pria itu, yang terlihat seperti anak bungsu dari keluarga yang sangat menyukai sweater wol. “Nama saya Armand, dan saya punya dilema moral yang mendesak.”

“Bagus sekali, Armand,” jawab Pak Hermanus dengan senyum lelah seorang pria yang sudah mendengar terlalu banyak dilema tentang warna kaus kaki. “Apa yang bisa saya bantu?”

“Ini soal saus tomat,” kata Armand dengan nada seberat filsuf Yunani yang baru saja kehilangan sandal favoritnya. “Saya punya dua botol, merek yang berbeda. Yang satu lebih murah, yang satu lebih mahal. Masalahnya, saya tidak tahu mana yang harus saya buka dulu. Kalau saya buka yang murah dulu, apakah saya menunjukkan bahwa saya tidak menghargai kualitas? Tapi kalau saya buka yang mahal dulu, apakah saya terlalu boros?”

Pak Hermanus mengangguk pelan, seperti seorang dokter yang mendengarkan pasien berbicara tentang alergi terhadap sinar bulan. “Armand,” katanya dengan nada penuh wibawa, “ini adalah dilema klasik kelas menengah yang tidak penting. Tapi jangan khawatir, saya di sini untuk membantu.”

Analisis Saus Tomat yang Filosofis

Pak Hermanus memulai proses konsultasi dengan serius. Dia meletakkan kedua botol saus tomat di atas meja seperti seorang hakim yang sedang memutuskan kasus pembunuhan tingkat tinggi. “Pertama-tama,” katanya, “kita harus memahami motif utama Anda. Apakah Anda lebih peduli pada nilai ekonomis atau nilai estetis?”

Armand mengerutkan dahi. “Saya… saya rasa, saya ingin terlihat seperti orang yang bijaksana dalam mengambil keputusan.”

“Ah, jadi ini soal citra diri,” kata Pak Hermanus sambil mencatat sesuatu di buku catatannya yang berjudul Dilemma Log. “Tapi mari kita juga mempertimbangkan dampak sosial dari keputusan Anda. Misalnya, bagaimana perasaan tamu Anda jika mereka tahu Anda membuka botol murah dulu?”

“Astaga,” kata Armand, wajahnya memucat. “Saya bahkan tidak memikirkan tamu!”

Pak Hermanus tersenyum puas. “Itulah gunanya jasa konsultasi ini. Kita memikirkan hal-hal yang bahkan tidak perlu Anda pikirkan.”

Solusi yang Tidak Terduga

Setelah 45 menit diskusi intens tentang filosofi saus tomat, termasuk referensi ke Plato, Kant, dan iklan saus tomat tahun 90-an, Pak Hermanus akhirnya memberikan solusinya. Dia mengeluarkan selembar kertas dan menuliskan rekomendasinya dengan huruf besar.

“Armand,” katanya dengan nada penuh keagungan, “solusinya adalah… buka kedua botol sekaligus.”

Armand tertegun. “Tapi… tapi itu tidak menyelesaikan dilema saya!”

“Justru itu menyelesaikan segalanya,” jawab Pak Hermanus dengan senyum lebar. “Dengan membuka kedua botol, Anda menunjukkan bahwa Anda menghargai keseimbangan antara ekonomi dan estetika. Anda juga menghilangkan rasa bersalah karena tidak memilih salah satu. Dan yang paling penting, Anda membuat tamu Anda kebingungan, sehingga mereka tidak punya waktu untuk menghakimi Anda!”

Armand merenungkan solusi itu sejenak, lalu tersenyum. “Pak Hermanus, Anda benar-benar jenius.”

Kesimpulan yang Tidak Perlu Penting

Setelah Armand pergi dengan senyum puas dan dua botol saus tomat terbuka, Pak Hermanus kembali ke koleksi mugnya. Hari itu baru saja dimulai, dan dia tahu bahwa akan ada lebih banyak orang yang datang dengan dilema-dilema yang bahkan tidak perlu dipikirkan. Tapi itulah yang membuat pekerjaannya begitu berarti. Dalam dunia yang penuh dengan masalah nyata, seseorang harus ada untuk menangani yang tidak penting.

Dan di situlah Pak Hermanus berada, siap membantu siapa pun yang membutuhkan konsultasi moral tentang kaus kaki, saus tomat, atau mungkin—hanya mungkin—tentang hidup yang sebenarnya.


Illustration: A quirky and whimsical consultation office with an eccentric-looking man, surrounded by ketchup bottles and strange inspirational mugs, engaging in a serious discussion with a confused client.