Hidup Adalah Penyewaan, Bukan Kepemilikan

Hidup Adalah Penyewaan, Bukan Kepemilikan

Pendahuluan yang Tidak Terduga

Di sebuah kota bernama Taman Nirwana – yang, ironisnya, dikelilingi oleh kemacetan dan polusi udara – berdiri sebuah toko kecil dengan plang yang tidak terlalu mencolok: “Jasa Penyewaan Kehidupan Ganda Semu”. Plang ini ditulis dengan font Comic Sans, yang membuat semua orang yakin bahwa ini adalah keputusan buruk. Tetapi, di balik pintu kaca berdebu yang hampir tidak pernah disemir, tersimpan sebuah layanan yang, untuk beberapa orang, adalah jawaban bagi semua masalah yang mereka tidak tahu mereka miliki.

Toko ini dijalankan oleh seorang pria bernama Pak Bimo. Dia tampak seperti seseorang yang lupa bahwa manusia memiliki kemampuan untuk tidur. Matanya seperti cangkir kopi yang hampir kosong, tapi cara bicaranya selalu seperti seseorang yang baru saja memenangkan lotre. Pak Bimo percaya bahwa hidup adalah tentang menjual pengalaman yang tidak mungkin, dan dia menjualnya dengan diskon besar-besaran.

Bagaimana Layanan Ini Bekerja

“Jasa Penyewaan Kehidupan Ganda Semu” menawarkan pelanggan kesempatan untuk meminjam alter ego sementara. Tidak, bukan alter ego seperti Bruce Wayne yang menjadi Batman, melainkan persona imajiner yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan media sosial mereka. Butuh menjadi seorang seniman eksentrik dari Paris selama seminggu? Beres. Ingin memposting foto Anda sebagai penjelajah kutub, lengkap dengan serigala peliharaan? Bisa. Atau mungkin Anda hanya ingin menjadi orang yang dikenal karena membuat pancake berbentuk dinosaurus? Itu sudah termasuk paket promosi bulanan.

“Kenapa harus hidup seperti diri sendiri,” kata Pak Bimo sambil menyeka kacamatanya yang sepertinya telah berteman akrab dengan lelehan keju, “kalau Anda bisa menjadi siapa saja yang Anda inginkan dengan sedikit uang dan tanpa tanggung jawab?”

Paket-paket ini dilengkapi dengan foto-foto palsu yang dihasilkan dengan teknologi canggih, cerita latar belakang yang dirancang dengan hati-hati, dan bahkan akun media sosial yang sepenuhnya dikelola oleh tim profesional (yang sebenarnya hanyalah keponakan Pak Bimo yang sangat berbakat dalam Photoshop).

Pelanggan yang Tidak Puas, atau Justru Terlalu Puas?

Suatu hari, seorang pelanggan bernama Bu Ratna memasuki toko itu. Bu Ratna adalah seorang ibu rumah tangga yang merasa kehidupannya terlalu biasa. “Saya ingin menjadi seorang ahli mixologist,” katanya, meskipun dia tidak tahu apa itu. “Saya ingin orang-orang berpikir saya bisa menciptakan koktail yang bisa membuat unicorn menangis.”

Pak Bimo mengangguk dengan serius. “Tentu saja, Bu Ratna. Unicorn menangis adalah spesialisasi kami.”

Dalam waktu tiga hari, Bu Ratna menjadi sensasi di Instagram. Akunnya, @MixologistMimpi, penuh dengan foto dirinya (yang sebenarnya adalah hasil editan) memegang gelas berwarna-warni di bar-bar mewah yang tidak pernah dia kunjungi. Dia bahkan mendapatkan tawaran kerja sama dari sebuah perusahaan jus kemasan.

Namun, masalah muncul ketika seorang pelanggan lain, Pak Andi, menyewa paket “Petualang Dunia” dan secara tidak sengaja bertabrakan dengan Bu Ratna di dunia maya. Mereka berdua memposting foto yang sama di lokasi yang sama, meskipun satu dari mereka seharusnya berada di Greenland dan yang lain di Bali. Hal ini memicu perdebatan panjang di kolom komentar, yang berakhir dengan keduanya menghapus akun mereka dan memutuskan untuk menjadi diri sendiri.

Pak Bimo menganggap ini sebagai tantangan baru. “Kita perlu meningkatkan alibi digital,” katanya kepada keponakannya, yang sedang mencoba mengganti latar belakang foto seekor anjing menjadi pemandangan bulan.

Pertanyaan Filosofis yang Tidak Perlu Dijawab

Namun, layanan ini juga memicu banyak pertanyaan. Apakah kita adalah siapa yang kita katakan di dunia maya, atau apakah dunia maya hanyalah tempat di mana kita mencoba menjadi seseorang yang kita harap bisa menjadi? Apakah hidup menjadi lebih bermakna jika orang lain percaya kita adalah seorang pengembara padahal kita hanya menghabiskan hidup kita di sofa?

Pak Bimo tidak peduli dengan pertanyaan ini. “Orang-orang tidak datang ke sini untuk jawaban,” katanya sambil mengunyah keripik kentang yang sudah kedaluwarsa, “mereka datang untuk mendapatkan likes.”

Akhir yang Hampir Dramatis

Suatu hari, seorang pria misterius dengan jas yang sangat mahal memasuki toko. Dia membawa tawaran untuk membeli seluruh bisnis Pak Bimo dan mengubahnya menjadi platform berbasis aplikasi dengan nama yang sangat membosankan: “PersonaPro.” Pria itu bersikeras bahwa ini adalah peluang besar untuk ekspansi, meskipun dia tidak bisa menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan “ekspansi” selain “lebih banyak uang”.

Pak Bimo menolak tawaran itu. “Hidup bukan tentang menjadi besar,” katanya, “hidup adalah tentang menjadi cukup aneh untuk membuat orang lain bingung.”

Dan dengan itu, “Jasa Penyewaan Kehidupan Ganda Semu” tetap menjadi toko kecil dengan plang Comic Sans, bertahan di tengah gelombang perubahan dunia digital yang terus berkembang, menyediakan layanan bagi mereka yang ingin menjadi seseorang yang bukan mereka—setidaknya untuk sementara.


Illustration: “A quirky small shop with a Comic Sans sign, offering ‘Rental of Alternate Lives’ services, staffed by a sleep-deprived man with coffee-stained glasses, surrounded by surreal photo packages of fake adventures.”