Pendahuluan yang Tidak Terduga
Di sebuah kota kecil yang memiliki populasi lebih banyak burung merpati dibanding manusia, tinggallah seorang hantu profesional bernama Tn. Ghazali, atau lebih akrab dipanggil “Pak Gha”. Tidak seperti hantu pada umumnya yang senang menakut-nakuti manusia dengan suara pintu berderit atau bayangan menyeramkan di pojokan, Pak Gha menemukan karier yang lebih memuaskan: menjadi konsultan paranormal.
Ya, Anda tidak salah dengar. Tugas Pak Gha adalah membantu manusia hidup untuk mengatasi masalah-masalah supernatural dengan pendekatan yang logis, efisien, dan penuh perhitungan. Karena jika ada satu hal yang Pak Gha benci lebih dari orang yang memanggilnya “hantu kampung,” itu adalah ketidaklogisan.
Setiap pagi, Pak Gha bangun (atau lebih tepatnya, melayang bangun) dari lantai tempat ia biasanya menghilang pada malam hari, dan memulai rutinitasnya. Ia memeriksa email yang dikirim oleh klien, yang biasanya dimulai dengan kalimat, “Maaf, kalau email ini membuat Anda tidak nyaman…” dan diakhiri dengan, “P.S.: Apakah Anda alergi bawang putih?” (Ia sangat kesal dengan stereotip itu, tetapi ia tetap menjawab dengan sopan: Tidak, saya tidak alergi bawang putih, tetapi saya keberatan jika Anda menaruhnya di segala makanan, termasuk pudding.)
Kasus Tirai Bergoyang
Suatu hari, Pak Gha menerima permintaan bantuan dari seorang klien baru bernama Bu Ningsih, seorang janda tua yang tinggal sendirian di rumah besar bergaya kolonial. Masalahnya, sederhana namun sangat mengganggu: tirai di ruang tamunya terus bergoyang, meskipun tidak ada angin ataupun jendela yang terbuka.
“Saya mencoba menyelidiki sendiri, Pak Gha,” tulis Bu Ningsih dalam emailnya. “Tetapi setelah dua minggu, saya hanya mendapati diri saya berbicara dengan tirai itu seperti berbicara dengan suami saya yang sudah meninggal. Saya tidak yakin apakah ini masalah hantu atau saya yang mulai kehilangan akal.”
Pak Gha menerima tawaran itu dengan senang hati. Tidak ada yang lebih ia sukai daripada memecahkan misteri “hantu-hantuan” yang sebenarnya hanya masalah fisika atau, dalam beberapa kasus, tikus yang sangat berbakat dalam seni menakuti orang.
Investigasi Dimulai
Ketika tiba di rumah Bu Ningsih (melalui metode transportasi favoritnya, yaitu melintas melalui tembok), Pak Gha langsung menuju ruang tamu untuk memeriksa tirai yang menjadi sumber masalah. Dengan clipboard transparan yang selalu ia bawa—karena apa gunanya menjadi hantu jika tidak bisa membuat perlengkapan kerja yang mematuhi prinsip aerodinamika spektral?—ia mulai mencatat.
“Kapan pertama kali tirai ini mulai bergoyang?” tanya Pak Gha dengan nada profesional yang sangat menghormati kliennya.
“Seminggu setelah saya membeli kipas angin baru,” jawab Bu Ningsih sambil memeluk bantal kecil bergambar kucing yang sangat mencurigakan.
Pak Gha memiringkan kepala, mencoba menganalisis informasi tersebut. “Dan apakah kipas angin itu Anda nyalakan saat tirai ini bergoyang?”
“Tidak,” jawab Bu Ningsih sambil menggeleng. “Saya bahkan tidak pernah menyalakan kipas itu, karena saya takut anginnya menyebarkan debu ke koleksi piring antik saya.”
Pak Gha menuliskan catatan tambahan: Koleksi piring antik = potensi distraksi klien. Ia kemudian melayang mendekati tirai dan mengamatinya dengan saksama. Tirai itu tampak biasa saja, kecuali fakta bahwa ia terus bergoyang pelan, seperti seseorang yang sedang mendengarkan musik jazz yang sangat lambat.
“Apakah ada kemungkinan arwah suami Anda mencoba mengirim pesan melalui tirai ini?” tanya Pak Gha, bukan karena ia percaya pada teori itu, tetapi karena ia tahu bahwa banyak kasus “supernatural” dapat diselesaikan hanya dengan bertanya sesuatu yang klien inginkan untuk didengar.
Bu Ningsih mulai berpikir keras. “Hm, tidak mungkin. Suami saya lebih suka menggunakan radio untuk menakut-nakuti saya. Dia pernah menjadikan siaran berita sebagai lagu pengantar tidur saya selama sebulan penuh. Itu sangat mengganggu.”
Catatan tambahan: Suami almarhum punya selera humor yang mengerikan.
Kesimpulan yang Tak Terduga
Setelah memeriksa setiap sudut ruangan, melakukan pengukuran angin spektral, dan bahkan menginterogasi seekor kucing bernama Momo yang tampaknya tahu sesuatu tetapi memilih untuk diam, Pak Gha akhirnya menemukan jawabannya.
“Bukan hantu, Bu Ningsih,” kata Pak Gha dengan nada puas. “Ini adalah masalah resonansi elektromagnetik.”
“Maksud Anda… apa?” tanya Bu Ningsih, bingung.
“Kipas angin baru Anda, meskipun tidak dinyalakan, menghasilkan frekuensi elektromagnetik yang cukup tinggi untuk memengaruhi motor kecil di dalam jendela otomatis Anda. Itulah yang menyebabkan tirai bergerak, seolah-olah ada angin gaib.”
Bu Ningsih terdiam selama beberapa saat. “Jadi, itu bukan ulah suami saya?”
“Tidak, Bu Ningsih,” jawab Pak Gha dengan penuh percaya diri. “Jika suami Anda ingin mengganggu Anda, ia lebih mungkin membajak sinyal Wi-Fi Anda, bukan menggerakkan tirai.”
Bu Ningsih tertawa kecil, kemudian berterima kasih kepada Pak Gha atas jasanya. Sebelum pergi, Pak Gha meninggalkan sebuah catatan kecil di meja kopi: Jika ada masalah lagi, jangan ragu untuk memanggil saya. Tapi tolong, jangan pakai bawang putih.
Illustration: “A ghost consultant floating with a clipboard in a colonial-style living room, examining a mysteriously moving curtain while an old lady holding a cat pillow watches in confusion. The scene is whimsical and humorous.”