Latar Belakang yang Tidak Meyakinkan
Semuanya dimulai pada hari Rabu, yang, menurut penelitian ilmiah, adalah hari paling biasa-biasa saja dalam seminggu. Namun, untuk kelas Biologi 3B di SMA Negeri 7 Jaya Abadi, hari itu adalah awal dari petualangan paling aneh yang pernah mereka alami. Guru Biologi mereka, Pak Harjo, adalah tipe orang yang percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini bisa diselesaikan dengan logika sederhana dan dua botol Aqua. Dan ketika dia berdiri di depan kelas dengan kedua tangan memegang botol Aqua bekas, semua siswa tahu bahwa sesuatu yang sangat salah akan segera terjadi.
“Kalian tahu kan,” kata Pak Harjo dengan nada penuh keyakinan, “botol Aqua ini adalah kunci untuk menyelam ke kedalaman laut. Teknologi canggih? Tidak perlu. Tabung oksigen? Berlebihan. Kita cukup menggunakan botol Aqua ini sebagai alat bantu pernapasan!”
Ada keheningan panjang di kelas. Sebuah tangan terangkat dari barisan belakang. Itu milik Yudi, siswa yang terkenal karena selalu memikirkan semua hal terlalu serius.
“Pak, itu… tidak mungkin, kan? Maksud saya, ini hanya botol Aqua.”
“Ah, Yudi. Kamu terlalu banyak membaca internet. Ilmu pengetahuan adalah tentang eksperimen! Dan besok kita akan membuktikan teori ini. Kita akan melakukan ekspedisi ke Kota Bawah Laut yang baru ditemukan di Teluk Sentrong.”
“Bapak bercanda, kan?” tanya Sarah, yang sudah mulai menyesal datang ke sekolah hari itu.
“Tidak, Sarah. Ini adalah kesempatan belajar yang luar biasa! Kita akan menjadi pelopor menyelam ramah lingkungan!”
Persiapan yang Luar Biasa Tidak Masuk Akal
Pagi berikutnya, rombongan siswa dan Pak Harjo tiba di pantai Teluk Sentrong dengan peralatan yang, sejujurnya, lebih cocok untuk piknik daripada ekspedisi bawah laut. Mereka membawa botol Aqua bekas, beberapa sedotan plastik, dan, entah kenapa, payung lipat.
“Apa gunanya payung di bawah laut, Pak?” tanya Nina, yang sudah hampir menyerah memahami logika gurunya.
“Payung ini adalah solusi untuk arus laut yang kuat. Jika arus terlalu kencang, kita buka payungnya sebagai jangkar,” jawab Pak Harjo dengan percaya diri yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang tidak tahu bahwa mereka salah.
Sementara itu, tim penyelam profesional yang kebetulan berada di pantai itu hanya bisa menggelengkan kepala dengan ekspresi campuran antara kasihan dan terhibur. Salah satu dari mereka bahkan mencoba menawarkan tabung oksigen kepada Pak Harjo, yang langsung ditolak mentah-mentah.
“Kita tidak butuh itu. Kita punya botol Aqua,” ujar Pak Harjo dengan senyum bangga.
Penyelaman yang Menguji Akal Sehat
Dengan botol Aqua di tangan, Pak Harjo memimpin rombongan menyelam ke dalam air. Para siswa mengikuti dengan enggan, sebagian besar karena mereka tahu nilai akhir semester mereka mungkin bergantung pada ikut serta dalam petualangan ini. Tidak lama setelah mereka masuk ke air, masalah pertama muncul.
“Pak, airnya masuk ke botol!” teriak Yudi yang mencoba bernapas melalui botol Aqua yang sudah penuh air.
“Tarik napas pelan-pelan saja, Yudi! Kamu terlalu panik!” balas Pak Harjo, yang sama sekali tidak menyadari bahwa ide ini adalah bencana dari awal.
Namun, entah bagaimana, mereka berhasil mencapai kedalaman sekitar lima meter. Di sana mereka melihat sesuatu yang luar biasa: reruntuhan Kota Bawah Laut yang legendaris. Bangunan-bangunan tua dengan arsitektur yang aneh menjulang di dasar laut, dihiasi dengan karang dan ikan-ikan kecil yang berenang di sekitarnya.
“Lihat! Bukankah ini luar biasa?” kata Pak Harjo, yang sekarang hampir tidak bisa berbicara karena terlalu sibuk mencoba menarik napas melalui botol Aqua yang bocor.
Para siswa hanya bisa mengangguk, sebagian besar karena mereka terlalu sibuk mempertahankan kesadaran akibat kekurangan oksigen.
Penemuan yang Mengejutkan
Ketika mereka menjelajahi kota itu, mereka menemukan sesuatu yang aneh: sebuah patung raksasa berbentuk botol Aqua. Tulisan di bawahnya berbunyi, “Untuk mereka yang percaya pada hal yang tidak masuk akal.”
“Lihat! Ini adalah bukti bahwa botol Aqua memang alat menyelam yang sah!” seru Pak Harjo dengan gembira.
Namun, sebelum mereka sempat merayakan penemuan itu, mereka dikejutkan oleh kemunculan sesuatu yang tidak mereka duga: seekor gurita raksasa yang tampaknya tidak senang dengan kehadiran mereka.
“Lari!” teriak Sarah, meskipun “lari” agak sulit dilakukan di dalam air.
Dalam kekacauan tersebut, Pak Harjo mencoba membuka payung lipatnya untuk menghalau gurita itu, tetapi malah terlempar ke belakang karena arus yang lebih kuat dari yang dia perkirakan. Sementara itu, para siswa berhasil melarikan diri ke permukaan dengan bantuan penyelam profesional yang, akhirnya, memutuskan untuk menyelamatkan mereka.
Kesimpulan yang Tidak Lebih Masuk Akal
Kembali di pantai, Pak Harjo, yang basah kuyup dan sedikit memar, masih tidak mau mengakui kekalahannya.
“Kita mungkin belum sepenuhnya berhasil hari ini,” katanya sambil tersenyum, “tapi kita telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan adalah tentang mencoba dan gagal. Dan botol Aqua… yah, mungkin masih butuh sedikit penyesuaian.”
Para siswa hanya bisa menghela napas. Sementara itu, salah satu penyelam profesional mendekat dan berkata, “Pak, kalau Bapak mau, kami bisa mengajari cara menyelam yang benar.”
“Tentu, asalkan tidak melibatkan tabung oksigen,” jawab Pak Harjo, yang tampaknya tidak akan pernah belajar.
Dan seperti itulah kisah ekspedisi Kota Bawah Laut berakhir, dengan satu pelajaran penting: terkadang, ide yang buruk adalah ide yang buruk, bahkan jika Anda yakin sepenuh hati.
Illustration: “A group of students and a teacher underwater holding plastic bottles as breathing devices, surrounded by ancient underwater ruins and a large octopus looking curious. The scene is whimsical and absurd.”