Latar Belakang yang Tidak Masuk Akal Namun Sangat Penting
Di sebuah kota kecil bernama Tanyaville, yang secara geografis tidak pernah berhasil ditemukan di peta dunia (karena, menurut penduduk setempat, peta dunia terlalu sombong untuk mengakui keberadaan kota kecil ini), terdapat sebuah biro jasa yang sangat unik: “Biro Jasa Pencarian Pertanyaan.” Biro ini didirikan oleh seorang pria bernama Hugo Fandango, yang percaya bahwa dunia ini sudah terlalu penuh dengan orang-orang yang mencari jawaban, tetapi hampir tidak ada yang cukup peduli untuk mencari pertanyaan yang benar terlebih dahulu.
Moto biro ini adalah: “Apa gunanya jawaban luar biasa jika pertanyaannya tidak masuk akal?”
Hugo Fandango dan Ide Brilian yang Salah Kaprah
Hugo adalah pria dengan gaya rambut yang menyerupai ombak laut saat badai kecil. Ia suka menggunakan kemeja bermotif peta bintang, meskipun ia tidak tahu cara membaca peta bintang itu sendiri. Suatu hari, setelah perdebatan sengit dengan dirinya sendiri (yang ia klaim sebagai “brainstorming solo”), Hugo menyadari bahwa semua masalah besar di dunia ini berasal dari pertanyaan yang salah. Contohnya, daripada bertanya, “Bagaimana cara menciptakan energi terbarukan yang murah?” manusia lebih sering bertanya, “Bagaimana cara mengisi baterai ponsel saya dalam satu detik?” Sebuah tragedi prioritas, menurut Hugo.
Dengan semangat yang membara seperti teko teh tua, Hugo mendirikan Biro Jasa Pencarian Pertanyaan. Tugas biro ini bukan untuk memberikan jawaban atas masalah pelanggan, tetapi untuk menemukan pertanyaan yang benar untuk mereka. Karena, seperti yang Hugo selalu katakan, “Pertanyaan yang tepat adalah 90% dari solusi, dan sisanya adalah keberuntungan.”
Pelanggan Pertama dan Masalahnya yang Tak Terduga
Suatu pagi, seorang pria bernama Reginald Wobbleknock memasuki kantor kecil Hugo. Reginald adalah tipe orang yang selalu tampak berada di ambang kehancuran emosional, meskipun ia hanya memesan kopi di kedai. Ia membawa sebuah koper besar yang penuh dengan dokumen dan ekspresi wajah yang tampak seperti seseorang yang baru saja mencoba memahami cara kerja mesin fotokopi.
“Saya butuh bantuan Anda,” kata Reginald dengan nada putus asa.
“Oh, tentu saja! Semua orang butuh bantuan saya, tetapi mereka hanya belum menyadarinya,” jawab Hugo sambil menyeduh teh yang ia klaim bisa membantu orang berpikir 20% lebih baik. (Teh ini, menurut laporan pelanggan sebelumnya, sebenarnya hanya membuat gigi terasa aneh.)
“Saya sudah mencoba segalanya,” lanjut Reginald. “Konselor, buku self-help, bahkan terapi dengan lumba-lumba. Tapi saya masih belum bisa menemukan jawaban atas masalah saya.”
Hugo menatap Reginald dengan penuh perhatian, lalu berkata, “Tentu saja Anda tidak bisa menemukan jawaban. Anda bahkan tidak tahu apa pertanyaannya.”
Reginald tampak bingung, seperti seorang pria yang baru saja diberitahu bahwa kucing peliharaannya sebenarnya adalah robot mata-mata. “Apa maksud Anda?”
“Ceritakan semuanya, dan saya akan menemukan pertanyaan yang tepat untuk Anda,” kata Hugo, sambil membuka catatan kecil yang ia beri nama “Buku Besar Pertanyaan Kecil.”
Masalah yang Terlalu Rumit untuk Tidak Ditertawakan
Reginald mulai bercerita. Ia adalah seorang teknisi lift yang baru saja kehilangan pekerjaannya karena perusahaan tempat ia bekerja mengganti semua lift dengan sistem gravitasi terbalik yang canggih. Masalahnya adalah, Reginald merasa bahwa hidupnya sekarang tidak berarti apa-apa tanpa tombol “naik” dan “turun” yang ia pasang dengan penuh dedikasi selama bertahun-tahun.
“Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan hidup saya,” katanya, hampir menangis.
Hugo memandang Reginald dengan tatapan tajam, seperti seorang detektif yang baru saja menemukan petunjuk penting di bawah sofa. “Reginald,” katanya dengan nada penuh keyakinan, “masalah Anda bukanlah Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan. Masalah Anda adalah Anda tidak tahu harus bertanya apa.”
“Jadi, apa yang harus saya tanyakan?” tanya Reginald, penuh harap.
Hugo tersenyum lebar, seperti seorang guru yang baru saja mengeluarkan teka-teki yang luar biasa sulit. “Itulah tugas saya untuk mencari tahu.”
Proses Pencarian Pertanyaan
Proses Hugo dalam mencari pertanyaan yang tepat sangatlah aneh dan, menurut beberapa orang, sepenuhnya tidak masuk akal. Ia mulai dengan membuat Reginald berbaring di lantai sambil memikirkan hal-hal yang paling tidak penting dalam hidupnya. Setelah itu, Hugo membawa Reginald ke tempat penitipan sepatu yang tidak terpakai di stasiun kereta, dengan alasan bahwa “sepatu yang ditinggalkan sering memiliki jawaban dalam bentuk pertanyaan yang tidak terpakai.”
Akhirnya, setelah tiga hari penuh meditasi absurd, Hugo muncul dengan sebuah pertanyaan. “Reginald,” katanya dengan nada penuh kemenangan, “pertanyaan yang harus Anda tanyakan adalah: ‘Apa tombol yang ingin saya pasang dalam hidup saya?’”
Reginald terdiam sejenak, lalu matanya melebar. “Itu masuk akal,” katanya. “Saya tidak perlu memasang tombol ‘naik’ dan ‘turun’ lagi. Saya bisa memasang tombol apa saja! Seperti tombol ‘cinta’, atau ‘berdamai’, atau… tombol ‘makan siang’!”
“Persis!” kata Hugo. “Hidup adalah tentang tombol-tombol yang Anda pilih untuk dipasang.”
Kesimpulan yang Tak Disangka-Sangka
Reginald pergi dengan semangat baru, dan Hugo kembali ke kantornya, merasa bahwa ia telah menyelamatkan dunia sekali lagi, satu pertanyaan pada satu waktu. Namun, yang tidak ia sadari adalah bahwa ide tentang tombol-tombol kehidupan Reginald akhirnya membuat pria itu menciptakan alat yang memungkinkan orang-orang memilih emosi mereka dengan menekan tombol fisik. Alat ini menjadi hit global dan menghasilkan miliaran dolar.
Sementara itu, Hugo, yang tidak pernah meminta royalti atas ide-idenya, justru sibuk membantu pelanggan berikutnya: seorang wanita yang percaya bahwa semut di kebunnya sedang merencanakan kudeta.
Prompt untuk DALL-E “An eccentric office with a quirky man wearing star-patterned shirts, helping a confused man with a suitcase, surrounded by peculiar objects like floating buttons labeled ‘happiness’ and ‘peace’, in a surreal yet cozy setting.”