Batu yang Terlalu Terkenal untuk Ukurannya

Batu yang Terlalu Terkenal untuk Ukurannya

Sebuah Awal yang Tak Diduga

Di desa kecil bernama Karang Leseh, yang terkenal dengan populasi kambingnya yang lebih banyak daripada manusia, terdapat sebuah batu yang menjadi pusat perhatian. Batu ini tidak besar, tidak pula memiliki bentuk yang mengesankan. Bahkan, jika Anda berada di dekatnya, Anda mungkin tidak akan menyadari kehadirannya kecuali Anda tersandung dan menghabiskan lima menit mengutuknya. Namun, jangan biarkan penampilan menipumu, karena batu ini memiliki lebih banyak pengikut di media sosial daripada seluruh penduduk desa dan kambing digabungkan.

Nama batu itu? Batu Lesehan, dinamai sesuai dengan kebiasaan penduduk desa yang suka duduk bersila sambil mengobrol di dekatnya. Kehidupan Batu Lesehan berubah drastis ketika seorang penduduk desa, Pak Komar, secara tidak sengaja memotretnya dan mengunggahnya ke media sosial dengan caption yang berbunyi, “Batu ini lebih solid daripada hubunganmu.” Ternyata, caption itu lucu. Terlalu lucu. Dan seperti itulah Batu Lesehan menjadi fenomena.

Kehidupan Sehari-hari Seorang Influencer Batu

Batu Lesehan sekarang memiliki lebih dari 3 juta pengikut di Instagram. Setiap harinya, akun media sosialnya dibanjiri komentar seperti, “Batu ini lebih memotivasi daripada bosku,” atau, “Aku ingin menjadi sekokoh Batu Lesehan.” Bahkan ada yang bertanya, “Batu Lesehan, bagaimana cara menjadi dirimu?” yang, jika dipikir-pikir, adalah pertanyaan yang sangat eksistensial untuk dilemparkan kepada sebuah benda tak bernyawa.

Namun, di balik layar, ada satu orang yang menjalankan semua ini. Pak Komar, yang sebelumnya hanyalah seorang penjual pisang goreng di pasar desa, kini menjadi manajer penuh waktu Batu Lesehan. Ia harus memikirkan strategi pemasaran, menjawab DM (yang sering kali berupa puisi cinta untuk si batu), dan menjaga agar Batu Lesehan tetap relevan di era algoritma media sosial yang selalu berubah.

“Komar,” kata Bu Komar suatu hari, “kamu sudah tiga hari lupa menyiram tanaman. Kamu bahkan lupa ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu ingat bahwa Batu Lesehan tidak bisa mencintaimu kembali?”

Pak Komar hanya mengangguk pelan, karena dalam pikirannya, ia sedang menyusun caption untuk foto terbaru Batu Lesehan: “Diam itu emas, tapi menjadi batu adalah platinum.”

Ketegangan di Dunia Influencer

Ketenaran Batu Lesehan ternyata tidak datang tanpa konsekuensi. Dalam waktu singkat, muncul banyak akun palsu yang mengklaim sebagai Batu Lesehan. Ada @Batu_Lesehan_Real, @BatuLesehanOfficial, dan bahkan @Batu_Lesehan_Motivasi. Yang paling mengganggu adalah akun bernama @BatuTega, yang setiap hari memposting sindiran pedas terhadap Batu Lesehan, seperti, “Batu Lesehan bukan batu asli. Ia hanya batu biasa yang kebetulan viral.”

Pak Komar merasa ini adalah penghinaan yang tidak bisa dibiarkan. Ia menghabiskan malam-malamnya mengutuk keberadaan akun-akun ini, sambil memikirkan cara untuk melindungi reputasi Batu Lesehan. “Aku harus melakukan sesuatu,” katanya kepada dirinya sendiri. “Batu ini adalah warisan budaya kita!”

Namun, masalah terbesar datang ketika sebuah perusahaan besar bernama MegaMarmut Inc., yang terkenal dengan produknya yang mencakup segala hal dari sabun hingga alat penyedot debu, mencoba mendekati Batu Lesehan untuk kontrak iklan. Mereka menginginkan Batu Lesehan menjadi wajah (atau permukaan) dari produk baru mereka: “Krim Anti Retak MegaMarmut.”

Pak Komar tidak yakin apa pendapat Batu Lesehan tentang ini. Tapi mengingat batu itu tidak bisa berbicara, ia memutuskan bahwa ini adalah keputusan manajer. “Batu ini tidak akan menjual integritasnya untuk krim retak!” katanya dengan semangat pada perwakilan MegaMarmut Inc.

“Pak,” jawab perwakilan itu dengan nada datar, “ini hanya batu.”

Pak Komar terdiam. Untuk pertama kalinya, ia bertanya-tanya apakah seluruh hidupnya selama enam bulan terakhir hanyalah sebuah lelucon kosmik.

Sebuah Akhir yang Tidak Terlalu Epik

Pada akhirnya, Batu Lesehan kehilangan sebagian pengikutnya ketika tren media sosial mulai bergeser. Orang-orang kini lebih tertarik pada akun bernama @KucingTidurMalas, yang setiap hari memposting foto seekor kucing gemuk yang tidur dalam posisi lucu. Batu Lesehan tetaplah batu, tidak berubah, tidak peduli. Ia tetap berada di tempatnya, menjadi tempat favorit penduduk desa untuk duduk dan berbicara.

Pak Komar, meski kecewa, mulai kembali ke kehidupan lamanya. Ia kembali menjual pisang goreng, yang kini ia beri nama “Pisang Goreng Batu Lesehan.” Anehnya, bisnisnya meningkat drastis. Ternyata, ketenaran Batu Lesehan memiliki efek samping yang tidak diduga-duga.

Dan seperti itulah kisah seorang influencer batu yang menjadi terlalu terkenal untuk kebaikannya sendiri. Batu Lesehan, meski kini terlupakan di dunia maya, tetap menjadi simbol ketenangan dan keteguhan di dunia nyata. Setidaknya sampai ada seseorang yang tersandung lagi dan mengutuknya.


Illustration: “A small, unassuming rock sitting in the middle of a marketplace, surrounded by villagers recording it with their smartphones, with one person wearing a ‘Team Batu Lesehan’ T-shirt. The scene is playful and whimsical.”