Penemuan yang Seharusnya Tidak Ditemukan
Di sebuah ladang terpencil di pedesaan Inggris, sekelompok arkeolog tengah menggali dengan semangat yang hanya bisa didapat dari kombinasi antara kopi berlebihan dan harapan akan ketenaran akademis. Dr. Herman Grimsby, pemimpin ekspedisi, mendadak berhenti menggali ketika sekopnya mengenai sesuatu yang lebih keras dari ekspektasi hidupnya sendiri.
“Ini dia! Sebuah batu besar yang tampaknya punya makna mendalam dalam peradaban kuno!” katanya penuh semangat.
“Asalkan bukan cuma batu biasa, seperti terakhir kali,” gumam Sandra, asisten arkeolog yang masih trauma setelah menghabiskan dua minggu meneliti apa yang ternyata hanya fondasi rumah kambing dari abad ke-18.
Namun, kali ini mereka memang menemukan sesuatu yang lebih menarik: menhir—sebuah batu tegak prasejarah. Lebih menarik lagi, di dekatnya ada dolmen—sebuah batu besar yang disusun menyerupai meja. Dan sebagai bonus kejutan, sedikit lebih jauh mereka menemukan cromlech—sebuah susunan batu melingkar yang mirip dengan Stonehenge dalam versi lebih hemat anggaran.
“Ini luar biasa! Menhir, dolmen, dan cromlech di satu tempat! Seperti satu paket promo arkeologi!” teriak Grimsby dengan penuh kemenangan.
“Tidak mungkin! Seharusnya ini tersebar di berbagai tempat, bukan berkumpul seperti acara reuni!” seru Sandra, kini benar-benar terjaga dari kantuknya.
Teori yang Sangat Tidak Ilmiah
Para arkeolog lalu berdebat sengit mengenai teori di balik keberadaan ketiga jenis batu ini dalam satu area. Beberapa hipotesis mencuat:
-
Ini adalah pusat ritual keagamaan bangsa kuno.
– “Mungkin ini adalah tempat di mana mereka menyembah dewa-dewa yang suka batu besar,” ujar Grimsby. -
Ini adalah tempat parkir kuno yang disalahpahami.
– “Bagaimana kalau ini hanya sistem antrian zaman batu?” kata Sandra. -
Alien melakukannya.
– “Selalu ada kemungkinan,” gumam Profesor Hugh, yang sudah ditolak empat kali oleh komunitas akademik karena obsesinya terhadap teori konspirasi luar angkasa.
Namun, hipotesis yang paling mengganggu datang dari seorang mahasiswa magang bernama Jimmy, yang berkata, “Atau… mungkin ini hanya upaya seseorang di zaman dahulu untuk membuat taman batu yang gagal total?”
Misteri yang Semakin Tidak Masuk Akal
Saat malam tiba, mereka mendirikan tenda di sekitar situs dan mulai bersiap untuk tidur. Namun, sekitar pukul dua pagi, Sandra terbangun oleh suara aneh—seperti batu yang bergeser.
Dengan hati-hati, ia mengintip keluar tenda… dan hampir menjerit.
Menhir itu bergeser sedikit. Dolmen itu tampak lebih condong ke depan. Dan di tengah cromlech, samar-samar terlihat sosok bayangan.
“Tuan-tuan dan nyonya-nyonya… aku rasa batu-batu ini bergerak,” katanya dengan suara datar.
Grimsby mengintip dari tendanya, melihat fenomena tersebut, lalu dengan tenang kembali ke dalam dan menarik selimutnya. “Aku sudah cukup kurang tidur untuk hari ini.”
Kesimpulan yang Tidak Pernah Benar-Benar Dijelaskan
Esok paginya, semua batu kembali ke posisi semula, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
“Tentu saja,” kata Sandra, menyeruput kopinya.
“Aku rasa… kita tidak perlu terlalu banyak bertanya,” ujar Grimsby, yang sudah memutuskan untuk tidak menulis laporan tentang ini, karena tidak ada seorang pun di komunitas akademik yang akan percaya.
Dan dengan demikian, ekspedisi mereka pun berakhir, membawa pulang penemuan penting yang akan mengubah pemahaman tentang sejarah… atau setidaknya menjadi kisah horor ringan bagi para mahasiswa arkeologi di masa depan.
Prompt Gambar: “A group of archaeologists in a field at night, staring in shock as ancient stone formations (a menhir, a dolmen, and a cromlech) appear to subtly shift their positions. The scene is mysterious yet humorous, with the lead archaeologist looking both fascinated and terrified, while another sips coffee in complete resignation.”