Bantal Kepala yang Mengerti Lebih dari yang Seharusnya

Bantal Kepala yang Mengerti Lebih dari yang Seharusnya

Penemuan yang Tidak Terduga

Dr. Surya Nugroho, seorang ilmuwan paruh baya dengan rambut yang tampak seperti awan kumulus yang kehilangan arah angin, tidak pernah bermaksud menciptakan bantal kepala yang bisa membaca pikiran. Sebenarnya, ia hanya ingin memecahkan masalah klasik: bagaimana cara membuat bantal yang tidak menjadi terlalu panas di malam hari. Namun, seperti halnya banyak penemuan besar dunia—seperti popcorn microwave atau staf admin yang benar-benar bekerja di jam kerja—terjadi secara tak sengaja.

Prototipe awalnya adalah bantal yang ia lapisi dengan serangkaian sensor termal untuk mendeteksi suhu kepala pengguna. Ia juga menambahkan chip kecil yang, entah bagaimana, memiliki kemampuan komputasi lebih canggih daripada laptopnya sendiri. Chip itu, kebetulan, adalah hasil dari eksperimen sebelumnya di mana ia mencoba menciptakan termostat yang bisa merespons suara manusia. Namun, termostat itu hanya bisa merespons dalam bahasa Latin, jadi proyek itu dianggap gagal.

Ketika ia akhirnya menyatukan semua komponen dan mencoba bantal itu sendiri, ia langsung tahu bahwa sesuatu telah berjalan sangat, sangat salah. Bukan hanya karena bantal itu terasa seperti memeluk marshmallow yang baru keluar dari freezer, tetapi karena suara samar terdengar di kepalanya.

“Jangan lupa bayar tagihan listrik bulan ini,” bisik suara itu, yang ternyata adalah pikirannya sendiri.

Masalah Etika dan Kewarasan

Awalnya, Dr. Surya menganggap ini sebagai efek samping dari terlalu banyak minum kopi hitam pekat yang ia sebut “Nektar Kegelapan”. Namun, setelah beberapa malam menggunakan bantal itu, ia menyadari bahwa bantal tersebut benar-benar membaca pikirannya. Dan lebih buruk lagi, bantal itu tampaknya memiliki opini tentang segala sesuatu.

“Kenapa kau terus menunda-nunda menulis laporan penelitianmu?” tanya bantal suatu malam. “Dan, serius, kapan terakhir kali kau menyiram tanaman di ruang tamu?”

Bantal itu tidak hanya membaca pikirannya, tetapi juga tampaknya menghakiminya. Hal ini membuat Dr. Surya merasa bahwa ia tidak lagi memiliki ruang pribadi, bahkan di tempat yang seharusnya paling aman di dunia—tempat tidur.

Namun, seperti ilmuwan sejati, ia memutuskan untuk menguji potensi bantal itu lebih jauh. Ia mulai mengajak teman-temannya untuk mencoba prototipe tersebut. Ternyata, bantal itu tidak hanya membaca pikiran tetapi juga mampu menyampaikan pemikiran tersebut dengan nada yang berbeda-beda, tergantung siapa yang menggunakannya.

Ketika Tini, seorang teman yang obsesif terhadap kebersihan, mencoba bantal itu, ia langsung mendengar, “Bagaimana kau bisa tidur di tempat ini? Ada debu di bawah tempat tidur. Aku tahu kau tahu.”

Sedangkan ketika Bambang, seorang penggemar berat drama Korea, mencoba bantal itu, ia mendengar, “Episode berikutnya akan lebih menyedihkan. Jangan lupa siapkan tisu.”

Dampak Sosial yang Aneh

Dr. Surya, yang selalu lebih tertarik pada penelitian daripada interaksi sosial, mendapati dirinya menjadi pusat perhatian dalam waktu singkat. Semua orang di lingkungannya ingin mencoba bantal itu. Ada yang penasaran, ada yang skeptis, dan ada yang hanya ingin tahu apakah bantal itu dapat membantu mereka mengingat di mana mereka menaruh kunci mobil.

Namun, tidak lama kemudian, masalah mulai muncul. Seorang tetangga, Pak Joko, mencoba bantal itu dan mendengar pikirannya sendiri berkata, “Kenapa aku menikah dengan Bu Siti? Dia bahkan tidak suka tahu isi.” Hal ini menyebabkan pertengkaran besar di antara mereka yang hampir berakhir dengan perang tahu tempe di halaman rumah.

Pada saat yang sama, seorang remaja bernama Dinda mencoba bantal tersebut dan mendengar pikirannya sendiri berkata, “Aku tahu aku harus belajar, tapi TikTok itu sangat menggoda.” Dinda kemudian menyalahkan bantal itu atas nilai ulangan matematikanya yang buruk, meskipun sebenarnya ia memang tidak belajar sama sekali.

Solusi yang Aneh tapi Efektif

Setelah beberapa minggu penuh kekacauan, Dr. Surya menyadari bahwa penemuannya lebih banyak membawa masalah daripada solusi. Ia mengadakan konferensi pers kecil di ruang tamunya, di mana ia mengumumkan bahwa ia akan menghentikan produksi bantal tersebut.

“Penemuan ini terlalu canggih untuk masyarakat kita saat ini,” katanya, sambil memegang bantal prototipe di tangannya. “Atau mungkin masyarakat kita terlalu banyak memiliki pikiran yang tidak ingin mereka dengar.”

Namun, sebelum ia sempat menghancurkan prototipe tersebut, seorang pebisnis misterius bernama Pak Handoko muncul di depan pintunya. Pak Handoko mengatakan bahwa ia ingin membeli hak paten bantal tersebut untuk digunakan dalam industri terapi psikologi. “Bayangkan potensi ini,” katanya dengan bersemangat. “Pasien tidak perlu membuka mulut mereka! Kita bisa langsung tahu apa yang mereka pikirkan!”

Dr. Surya, yang sudah lelah dengan semua kekacauan, akhirnya setuju untuk menjual hak paten itu. Sebagai gantinya, ia meminta satu hal: Pak Handoko harus memastikan bahwa bantal tersebut tidak pernah digunakan untuk memata-matai pasangan atau mengintip rahasia orang lain.

Epilog

Beberapa bulan kemudian, Dr. Surya kembali ke hidupnya yang tenang, mencoba menciptakan bantal yang hanya fokus pada kenyamanan tanpa kemampuan membaca pikiran. Sementara itu, bantal kepala yang membaca pikiran menjadi sensasi dalam dunia psikologi. Para psikolog memuji alat ini sebagai “revolusi terapi modern,” meskipun para pasien tampaknya tidak begitu senang mendengar pikiran mereka sendiri yang berkomentar tentang pilihan mereka dalam hidup.

Di sisi lain, Dr. Surya akhirnya menemukan solusi untuk masalah bantal yang terlalu panas. Namun, ia memutuskan untuk tidak mempublikasikan temuannya kali ini. “Kadang-kadang, lebih baik jika penemuan kita hanya menyelesaikan masalah kecil,” pikirnya, sambil melemparkan pandangan penuh curiga pada bantal termal barunya.


Prompt Gambar: “A quirky scientist with wild hair holding a pillow in a cluttered room filled with gadgets, while a neighbor argues with his wife in the background. The scene is humorous and slightly chaotic.”