Bab 1: Awal Mula Akademi yang Tidak Pernah Diminta
Di sebuah kota kecil bernama Cendolville, yang terkenal karena memiliki lebih banyak tiang antrian daripada manusia, berdirilah sebuah bangunan dengan papan nama yang paling membingungkan di dunia: “Akademi Pelatihan Jadi Tukang Ngantri Profesional: Di Sini Menunggu adalah Seni.” Orang-orang yang lewat sering kali berhenti sejenak (ironisnya, mereka tidak sadar sedang mengantri untuk memahami papan itu), bertanya-tanya siapa yang memutuskan bahwa tukang ngantri memerlukan pelatihan formal.
Pendiri akademi itu, seorang pria bernama Pak Gunarto “Guru Besar Kesabaran”, memiliki visi yang tidak seorang pun, termasuk dirinya, benar-benar mengerti. Ia pernah berkata di sebuah wawancara yang sangat aneh, “Kehidupan adalah antrian panjang menuju akhir. Jadi mengapa tidak bersenang-senang sambil menunggu?” Pernyataan itu membuat semua orang bingung, tetapi entah bagaimana ia berhasil mendapatkan dana pemerintah untuk membangun akademi ini.
Bab 2: Kurikulum yang Mengejutkan
Kurikulum di akademi ini dirancang dengan sangat serius, yang tentu saja menambah absurditasnya. Ada beberapa mata pelajaran inti yang diharuskan bagi semua peserta didik:
-
Teknik Menahan Bosan Tingkat Lanjut
Dalam kelas ini, siswa diajarkan cara memanfaatkan waktu antrian untuk kegiatan yang produktif, seperti menghitung jumlah ubin lantai, menciptakan teori konspirasi tentang orang di depan mereka, atau memikirkan nama-nama keren untuk kucing yang tidak mereka miliki. -
Seni Bersandar di Tiang Antrian
Pelajaran ini mencakup teknik-teknik bersandar yang tidak merusak tiang, tidak menyakiti punggung, dan, yang terpenting, tidak menimbulkan kebencian dari orang di belakang. -
Strategi Menghindari Pemotong Antrian
Ini adalah kelas favorit banyak siswa, di mana mereka diajarkan cara mendeteksi “Pemotong Antrian” (spesies manusia yang sering ditemukan di bioskop dan loket tiket kereta) dan menyusun strategi untuk mencegah mereka, termasuk trik psikologis seperti tatapan dingin penuh intimidasi dan senyum palsu yang menakutkan. -
Meditasi Kesabaran
Dipandu oleh seorang mantan biksu yang sekarang bekerja sebagai pegawai pos, siswa diminta untuk memfokuskan pikiran mereka pada mantra, “Saya bukan nomor satu, saya bukan nomor dua, saya hanyalah partikel kecil dalam kosmos antrian.”
Bab 3: Ujian Akhir yang Mengguncang Jiwa
Ujian akhir di akademi ini adalah legenda. Setiap siswa diharuskan mengantri di sebuah loket misterius yang tidak pernah buka. Mereka harus tetap berdiri di sana selama tiga hari penuh tanpa kehilangan ketenangan. Untuk memberikan tantangan tambahan, seorang aktor profesional, yang dikenal sebagai “Pemotong Antrian Terhebat di Dunia”, dikirim untuk menguji kesabaran mereka.
Tahun lalu, seorang siswa hampir lulus dengan nilai sempurna sampai ia mencoba menjual kursinya di antrian kepada turis asing. Meskipun itu ide bisnis yang brilian, ia gagal dalam ujian karena dianggap “mengkhianati filosofi antrian.”
Bab 4: Lulusan yang Mengubah Dunia
Meskipun konsep akademi ini terdengar seperti lelucon, para lulusannya telah membuat dampak besar di dunia. Mereka sekarang bekerja di berbagai bidang, seperti:
- Tukang ngantri profesional di toko rilis gadget baru, di mana mereka dibayar mahal oleh orang-orang kaya yang tidak memiliki kesabaran.
- Konsultan kesabaran untuk perusahaan besar, mengajarkan karyawan bagaimana tetap tenang saat koneksi internet lambat.
- Penulis buku motivasi, seperti bestseller “Menunggu: Sebuah Seni yang Hilang” dan “10 Cara Menghindari Pemotong Antrian.”
Bab 5: Skandal Akademi
Namun, tidak semua berjalan mulus untuk akademi ini. Tahun lalu, mereka terlibat dalam skandal besar ketika seorang mantan siswa mengungkapkan bahwa ujian akhir sebenarnya tidak memiliki loket sama sekali. “Saya berdiri di sana selama tiga hari penuh, hanya untuk menyadari bahwa saya mengantri untuk sebuah dinding kosong!” katanya dalam wawancara yang menjadi viral.
Pak Gunarto, dalam pembelaannya, mengatakan, “Itu adalah metafora tentang kehidupan. Kadang-kadang, kita mengantri untuk sesuatu yang tidak ada, tetapi perjalanan itu sendiri yang penting.” Pernyataan ini langsung menjadi meme di internet, dengan orang-orang menambahkan teks seperti, “Ketika kamu mengantri untuk Wi-Fi gratis tetapi lupa password-nya.”
Bab 6: Masa Depan Akademi
Meskipun skandal itu, akademi ini terus menarik siswa dari seluruh dunia. Mereka telah memperkenalkan kelas baru, seperti “Menghadapi Antrian Virtual di Laman Web” dan “Bagaimana Tetap Tenang Saat Orang Berdebat di Grup WhatsApp.” Pak Gunarto bahkan sedang mempertimbangkan untuk membuka cabang di luar negeri, dimulai dari Jepang, negara yang terkenal dengan budaya antriannya yang legendaris.
Ketika ditanya apa ambisinya di masa depan, Pak Gunarto menjawab dengan senyum misterius, “Saya ingin membuka kelas untuk mengajarkan orang bagaimana menikmati hidup sambil menunggu mati. Itu adalah antrian paling panjang, bukan?”
Bab 7: Refleksi
Di tengah segala absurditasnya, Akademi Pelatihan Jadi Tukang Ngantri Profesional sebenarnya mengajarkan sesuatu yang mendalam: kesabaran adalah seni yang sering diabaikan. Dalam dunia yang serba cepat ini, mungkin kita memang perlu belajar untuk berhenti, mengantri, dan menghargai momen di antara titik awal dan tujuan akhir. Dan jika semua itu gagal, setidaknya kita tahu bagaimana bersandar di tiang antrian tanpa membuat orang di belakang kita kesal.
Prompt untuk Ilustrasi dalam Bahasa Inggris: “A humorous illustration of a futuristic training academy with students learning various techniques for queuing, including leaning on poles, meditating, and detecting line cutters, all under the guidance of a whimsical instructor in a comically formal robe.”